Hal Berpuasa
Sabda-Mu Abadi | 6 November 2024 | Mrk. 2:18-20
”Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus, ’Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?’ Jawab Yesus kepada mereka, ’Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sementara mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Akan datang harinya mempelai itu diambil dari mereka, dan pada hari itulah mereka akan berpuasa.”
Sepertinya Yesus Orang Nazaret bicara soal kepantasan di sini. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Pada pesta kawin, apakah tamu-tamu tidak makan? Kalau pengantin laki-laki masih bersama-sama mereka, tentu mereka makan. Tetapi akan datang waktunya pengantin laki-laki itu diambil dari mereka. Pada waktu itu barulah mereka tidak makan.”
Ya, aneh rasanya kalau dalam sebuah pesta ada orang yang tidak makan. Bisa jadi sang pengantin akan merasa tidak dihargai. Karena itu adalah hari bahagianya, masak tamu-tamunya malah enggak ikut makan. Bukankah, makanan itu disediakan untuk disantap para tamu?
Kemungkinan besar, Sang Guru tidak hanya berbicara soal menahan lapar dan haus. Berpuasa semestinya tidak sekadar enggak makan dan minum atau sekadar ritual. Lebih dari itu, persekutuan yang intens dengan Allah menyebabkan seseorang menomorduakan makan dan minum.
Dan itulah yang terjadi saat Yesus berada dalam kubur Yusuf dari Arimatea. Dalam kesedihan, para murid berkumpul dan berdoa. Pada titik itu sepertinya mereka pun sudah melupakan makan dan minum.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: