Hari Sabat untuk Manusia
Sabda-Mu Abadi | 8 November 2024 | Mrk. 2:23-28
”Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat” (Mrk. 2:24).
Demikian komentar orang-orang Farisi ketika melihat para murid Yesus memetik bulir gandum sembari berjalan karena lapar. Bagi orang Farisi tindakan itu sungguh melanggar Taurat. Di mata mereka tindakan para murid itu tak ubahnya kerja.
Yesus, tentu saja, tak membela para muridnya begitu saja. Yang dilakukan Sang Guru adalah mengisahkan kisah Daud dan orang-orangnya yang makan roti sajian yang diberikan Imam Abyatar. Roti sajian hanya boleh dimakan imam. Namun, karena kelaparan, Imam Abyatar mengizinkannya.
Dengan cara begitu, tentu saja Yesus tidak membenarkan tindakan para murid, juga Imam Abyatar. Mereka salah. Namun demikian, itu bukan tanpa alasan. Dan pasti tidak dilakukan setiap hari. Agaknya mereka pun juga merasa bersalah, sehingga tak bisa membenarkan diri. Sehingga Yesus perlu mengingatkan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Hari Sabat dibuat untuk manusia; bukan manusia untuk hari Sabat.”
Yesus mengajak orang-orang Farisi untuk kembali memperhatikan makna Sabat. Maksud Sabat adalah agar manusia sungguh-sungguh berhenti dari pekerjaan rutinnya agar mereka dapat beristirahat, sehingga mendapatkan kesegaran baru untuk bekerja pada minggu yang baru. Hari Sabat bukanlah beban, tetapi anugerah bagi umat Allah.
Yang tidak boleh dilupakan juga, Allah adalah Tuan atas Hari Sabat. Ia pencipta Sabat.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media