Hidup bagi Allah
Sabda-Mu Abadi | 26 Februari 2023 | Rm. 6:5-11
”Sebab, jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Rm. 6:5-6).
Alur pikir yang dikembangkan Paulus adalah kesatuan. Jika kita menyatu dengan kematian Kristus, maka kita akan menyatu pula dengan kebangkitan-Nya. Mengapa? Kemungkinan besar Paulus mendasarkan pada kasih dan kuasa Kristus. Kasih Kristus yang mengundang kita untuk menyatu dalam kematian-Nya pastilah tidak akan menelantarkan kita begitu saja. Dan, tentu saja, Dia berkuasa untuk itu.
Namun, tentu saja, menjadi panggilan kita untuk mati bagi dosa—menyalibkan tubuh lama kita; artinya tidak mau menghambakan diri dalam perbudakan dosa. Satu-satunya Pribadi yang boleh mendapatkan sikap dan tindak pengabdian adalah Allah Bapa sendiri.
Sehingga dalam ayat 11 Paulus menulis: ”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu telah mati terhadap dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” Ya, panggilan kita adalah hidup bagi Allah. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kalian harus juga menganggap dirimu mati terhadap dosa, tetapi hidup dalam hubungan yang erat dengan Allah melalui Kristus Yesus.”
Hidup bagi Allah berarti hidup dalam hubungan yang erat dengan Allah. Itu berarti tak boleh ada satu pun yang menjadi penghalang antara kita dan Allah Bapa.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Jon Tyson