Hinaan

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 22 Maret 2025 | Mrk. 14:65

”Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya dan meninju-Nya sambil berkata kepada-Nya, ”Bernubuatlah!” Malah para pengawal pun memukul Dia.”

Penghukuman pun dimulai. Mungkin kenyataan bahwa Yesus Orang Nazaret mengakui diri sebagai Anak Allah membuat banyak orang merasa cukup beralasan untuk menghina-Nya.

Hinaan pertama dimulai dengan meludahi Dia. Entah apa yang ada di benak para peludah itu. Sepertinya mereka merasa Yesus memang layak diperlakukan begitu. Ludah adalah zat buangan. Yang semestinya tidak boleh dikeluarkan sembarangan. Namun, orang-orang itu dengan sengaja menujukan ludahnya pada wajah Anak Manusia. Anak manusia tak ubahnya tempat sampah.

Hinaan kedua adalah mereka menutupi muka Yesus dan meninju-Nya. Anak Manusia laksana samsak di tangan seorang petinju. Tentu saja, samsak hanyalah karung berisi pasir, sedang tubuh Anak Manusia terdiri atas daging, darah, dan tulang. Bisa dipastikan darah mengucur dari wajah-Nya. Dan Ia tak bisa melihat siapa yang memukulnya.

Sebenarnya memukul orang yang telah ditutup wajahnya merupakan tindakan pengecut karena si pelaku tak dapat dikenali oleh korban. Dan itulah yang terjadi di rumah imam besar.

Hinaan ketiga lebih parah lagi. Mereka sembari memukul berkata, ”Bernubuatlah!” Yesus Orang Nazaret menjadi bahan olok-olok di sini. Sebab, si pelaku pasti tidak sungguh-sungguh ingin mendengarkan nubuat Sang Guru.

Tak hanya imam kepala, tua-tua, dan ahli Taurat, para pengawal pun memukuli Yesus. Tugas mereka sebenarnya menjaga keamanan, tetapi mereka malah membuat sang korban menjadi sangat tidak aman.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda

n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!