Jangan Sombong!

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 30 Maret 2023 | Rm. 11:17-24

”Jadi, apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan engkau sebagai tunas liar telah dicangkokkan sebagai gantinya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah bahwa bukan engkau yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang engkau” (Rm. 11:17-18).

Paulus menasihati warga jemaat di Roma untuk tidak menjadi tinggi hati dan menganggap diri lebih baik dari orang Yahudi. Alasannya sederhana, bukan mereka yang menopang akar pohon zaitun, tetapi akar itulah yang menopang mereka. Sepertinya yang dimaksudkan Paulus dengan pencangkokan di sini adalah teknik okulasi sebagaimana lazim di Indonesia.

Dengan demikian, Sang Rasul dari Tarsus hendak mengatakan bahwa sebagai tunas liar, warga jemaat di Roma, semestinya bersyukur karena telah menjadi bagian dalam kehidupan pohon zaitun yang penuh getah itu.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera:
”Sebagian dari cabang-cabang pohon zaitun—yaitu orang-orang Yahudi—sudah dikerat. Dan pada bekas keratan itu dicangkokkan cabang pohon zaitun liar, yaitu Saudara-saudara yang bukan Yahudi. Saudara dicangkokkan di situ supaya Saudara menikmati segala yang baik dari kehidupan rohani orang-orang Yahudi. Oleh karena itu janganlah kalian menganggap enteng mereka yang sudah dikerat seperti cabang itu. Kalian harus ingat bahwa kalian hanya cabang saja. Dan bukannya cabang yang memberi makan kepada akar, melainkan akar yang memberi makan kepada cabang.”

Kesombongan pribadi bagi Paulus tidak masuk akal. Karena, kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang yang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan juga tunas liar. Intinya: warga jemaat di Roma harus terus mengingat kemurahan sekaligus tindakan keras Allah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Steiner E.