Jujur Melayani di Penjara

Ketika Buku Membebaskan
Mari melawat dan melayani di Gereja LAPAS melalui buku. Ini adalah ajakan jujur, tetapi bila ingin datang dan melayani langsung para binaan di lembaga pemasyarakatan, saya juga bisa menghubungkan dengan lembaga-lembaga yang setiap minggu memiliki jadwal pelayanannya.
Barangkali Anda juga berpikir Tuhan Yesus ada di dalam penjara karena ayat yang tertulis, “Ketika Aku di dalam penjara kamu mengunjungi aku” (Mat. 25:35). Penting untuk memiliki kesungguhan dan motivasi yang benar seperti kita melayani-Nya, ketika melayani di Lembaga pemasyarakatan.
Warga binaan, demikian kami menyebut orang-orang yang kami layani. Salah satu pelayanan yang dapat kami lakukan adalah pembinaan rohani. Karena dikelompokkan berdasarkan agama, maka ada gereja di dalam LAPAS. Hanya bedanya, kegiatan ibadah bisa terjadi setiap hari. Entah karena format kegiatan di gedung gereja atau karena kebiasaan yang sudah ada selama ini.
Saya berkunjung ke salah satu penjara di Bogor, dan memotret dalam memori saya ruangan yang cukup bagus dalam gereja lapas. Alat musik dan peralatan lain yang lebih dari memadai. Ada Alkitab yang tertumpuk di meja pojok, lalu beberapa buku bacaan harian. Sepanjang ibadah yang saya ikuti, buku-buku itu tidak diperlukan karena ada LCD Proyektor dan laptop yang ditangani warga binaan yang andal untuk menampilkan seketika ayat Alkitab dan lagu-lagu yang dibutuhkan selama ibadah.
Hari itu saya berinisiatif membawa buku Jujur Melangkah di antara bingkisan dan makanan yang sering kali dipersiapkan untuk pelayanan penjara. Di akhir ibadah saya menyampaikan ide untuk membuat perpustakaan gereja, dan ditempatkan di pojok ruangan. Saya berpikir mereka bisa saja cukup waktu untuk berkumpul di gereja dan membaca buku.
Sampai di sini kisah buku dimulai. Pelayanan penjara itu unik karena selain Alkitab dan uang untuk persembahan, di pintu masuk kita harus meninggalkan ponsel dan KTP kita. Kita akan diperiksa dengan prosedur yang cukup ketat dan tidak diperkenankan memotret warga binaan.
Di Mana Peran Buku yang Membebaskan?
Waktu bertemu dengan warga binaan di dalam gereja lapas sekitar satu setengah jam. Sebelum dan sesudah ibadah ada kesempatan untuk menyapa. Saya sempatkan untuk melihat wajah-wajah mereka ketika ibadah berlangsung, apakah ada wajah Tuhan Yesus di antara mereka. Lebih sering adalah perasaan canggung ketika saya dan mereka bertatapan. Beberapa orang saya sapa. Saya bertanya tentang apa yang mereka alami dan usulkan untuk pelayanan bersama.
Warga binaan sudah pasti ingin cepat-cepat keluar dari penjara dan selesai menjalani masa tahanannya. Melalui ibadah yang singkat disampaikan dukungan untuk bertahan, berlaku jujur dan baik hingga pada waktunya dapat melewati masa tahanan mereka. Dorongan untuk bertumbuh bersama Tuhan dan membaca firman Tuhan juga disampaikan.
Saya pun melirik pojok ruangan, di mana Alkitab dan buku-buku tipis itu berada. Barangkali merekalah yang benar-benar berjumpa dengan Tuhan Yesus ketika firman Tuhan bisa disampaikan dalam konteks keberadaan mereka yang sebenarnya. Ibadah rutin, Alkitab, buku renungan harian, atau buku bacaan lain hanyalah sarana yang perlu dikelola lebih baik bersama-sama dengan mereka. Perjumpaan dengan Tuhan bisa saja terjadi dengan sarana komunikasi yang terbatas. Ketika ketulusan dan kejujuran terbangun, di sanalah wajah Kristus hadir.
Kris Hidayat | Tangan Terbuka Media
FOTO: Dok. pribadi