Kalau Bukan Tuhan
Menata berbagai jenis tanaman agar nyaman dipandang mata tidaklah mudah. Itu sebabnya di beberapa perguruan tinggi terdapat program studi arsitektur pertamanan untuk mempelajari perihal tersebut. Namun, ketika berada di lapangan, memiliki pengetahuan saja tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaan, setidaknya dibutuhkan ketersediaan tanaman dan tenaga kerja.
Dua orang rekan yang memiliki latar belakang pendidikan arsitektur pertamanan—dalam waktu yang berbeda—diberi tanggung jawab untuk menata beberapa area yang sangat luas. Tujuannya agar terlihat lebih indah. Mereka mengalami kesulitan karena tidak ada anggaran untuk pengadaan tanaman dan jumlah tenaga kerjanya pun sangat terbatas. Setelah beberapa waktu dicoba, mereka angkat tangan.
Memang janggal. Tidak mungkin menata aneka tanaman, tetapi anggaran pengadaan tanaman tidak disediakan. Namun, ini kenyataan. Tak disangka, tugas itu pun akhirnya diberikan kepada saya. Saya sempat ragu karena rekan-rekan yang memiliki latar belakang di bidangnya saja menyerah, apalagi saya. Mengelak pun rasanya tidak mungkin. Namun, firman Tuhan menguatkan saya, ”Aku akan menyertai engkau. Aku tidak akan mengabaikan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yos. 1:5b). Akhirnya, saya pun menerima tugas itu.
Pekerjaan dimulai dengan mengembangbiakkan beberapa jenis tanaman dari berbagai area dengan cara menyetek, membongkar anakan dan menjarangkan tanaman yang ada untuk diambil sebagian tanamannya. Bahkan, saya juga menemukan sekelompok tanaman yang layak dijadikan bibit dalam jumlah yang sangat banyak. Saya meyakini itu adalah pertolongan Tuhan. Tuhanlah yang sanggup mengubah keterbatasan menjadi kelimpahan hingga pekerjaan bisa selesai dilakukan. Semua karena kuasa Tuhan, sebab kalau bukan Tuhan tentu tidak bisa. Terpujilah Tuhan.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Unsplash/ Norikio Yamamoto