Keluarga Yesus
Sabda-Mu Abadi | 13 November 2024 | Mrk. 3:20-35
”Yesus pulang ke rumah. Orang banyak datang lagi berkerumun, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka, ’Ia tidak waras lagi.’ Ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, ’Ia kerasukan Be’elzebul,’ dan, ’Dengan kuasa pemimpin setan Ia mengusir setan’” (Mrk. 3:20-22).
”Ia kerasukan Beelzebul.” Demikianlah tuduhan para ahli Taurat yang datang dari Yerusalem. Mereka menganggap Yesus kerasukan setan. Bahkan mereka, dengan wewenang yang dimiliki, menyatakan bahwa Yesus sudah tidak waras lagi. Pernyataan-pernyataan itulah yang sampai ke telinga keluarga besar Yesus.
Bisa jadi, keluarga Yesus bingung dengan sepak terjang Yesus. Sebagai guru, Yesus memang berbeda. Bahkan, Ia sering mengkritik keras tingkah laku guru-guru Yahudi. Namun, mungkin juga mereka sedih karena mendengar kesimpulan bahwa Yesus tidak waras lagi. Bahkan menjadi antek Be’elzebul.
Kenyataan itulah yang membuat mereka menyuruh Yesus pulang. Mereka, mungkin karena malu, ingin ”menyelamatkan” Yesus, bahkan mungkin juga ingin memperingatkan Yesus. Pada titik ini, keluarga besar agaknya telah termakan gosip. Dan yang namanya gosip, makin digosok makin sip.
Karena itu, perkataan Yesus menjadi sungguh relevan: ”Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku” (Mrk 3:35). Bagi Yesus yang utama dalam hidup manusia ialah melakukan kehendak Allah.
Manusia tentu perlu memperhatikan apa kata orang, tetapi yang utama ialah memperhatikan dan melakukan kehendak Tuhan. Lagi pula, setiap orang adalah abdullah—hamba Allah. Mana ada hamba yang tidak menuruti tuannya? Yesus menegaskan, melakukan kehendak Allah merupakan hal penting bagi manusia. Sebab Allah, pasti tahu yang terbaik untuk manusia.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut untuk mendengarkan versi siniar: