Kematian Yesus

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 9 April 2025 | Mrk. 15:37-39

”Yesus berseru dengan suara nyaring dan mengembuskan napas terakhir. Terkoyaklah tabir Bait Suci menjadi dua dari atas sampai ke bawah. Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan-Nya melihat Dia mengembuskan napas terakhir seperti itu, berkatalah ia, ’Sungguh, orang ini Anak Allah!’”

Saat Yesus mengembuskan napas terakhir, terkoyaklah tabir Bait Suci. Sepertinya inilah simbol bahwa tak ada lagi jurang antara Allah dan manusia. Kematian Yesus menjadi jembatan antara Allah dan manusia.

Markus tidak menuliskan seruan Yesus. Dalam Injil Yohanes tertera: ”Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, ’Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh. 19:30). Sedangkan dalam Injil Lukas tertera: ”Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, ’Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.’ Sesudah berkata demikian Ia menghembuskan napas terakhir-Nya” (Luk. 23:46). Kemungkinan besar kata-kata terakhir Yesus dari atas kayu salib adalah ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

Jelaslah bahwa Yesus tidak pernah dicabut nyawa-Nya, tetapi Ia menyerahkan nyawa-Nya. Embusan terakhirnya bukanlah kekalahan, melainkan kemenangan karena telah setia menanggung sengsara karena dosa manusia. Dan karena itulah, sang kepala pasukan berkata, ”Sungguh, orang ini Anak Allah!”

Ungkapan Anak Allahlah yang menjadi alasan bagi imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua menjatuhkan hukuman bagi Yesus. Di mata mereka Yesus harus mati karena menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah. Namun, sang kepala pasukan bersaksi bahwa kematian-Nya bukanlah kematian manusia biasa, dan karena itu ia bersaksi Yesus adalah Anak Allah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda

Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:

Foto: WordPress

n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!