Kesaksian Paulus
Sabda-Mu Abadi | 22 Mei 2023 | 1Tim. 1:15-16
”Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Namun, justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Kristus Yesus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian, aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.”
Demikianlah kesaksian Paulus. Ia merasa dirinya paling berdosa. Kesimpulannya itu bukan tak berdasar. Paulus sendiri menyatakan bahwa ia tadinya seorang penghujat, penganiaya, dan ganas.
Barangkali Anda masih ingat kapan Lukas pertama kali memperkenalkan Paulus dalam Kisah Para Rasul. Tentu bukan ketika ia mendapatkan penglihatan, tetapi saat kematian Stefanus.
Dalam Kisah Para Rasul 7:57-58, Lukas mencatat: ”Berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga, mereka serentak menyerbu dia. Mereka menghalau dia ke luar kota, dan melemparinya dengan batu. Saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.”
Jelaslah, Saulus setuju Stefanus mati dirajam. Saulus memang tidak melempar batu karena dia bukan saksi. Hanya saksilah yang boleh melempar batu kepada terhukum. Namun, keberadaan Paulus di sana bukanlah untuk piknik atau sambil lalu. Dia sungguh-sungguh menyetujui aksi perajaman tersebut. Bahkan, dia bersedia menjaga jubah-jubah algojo-algojo saat mereka melaksanakan tugas mereka.
Tak hanya itu, Saulus—yang kemudian berganti nama menjadi Paulus—meminta wewenang kepada imam besar untuk menangkap semua pengikut Kristus dan membawanya ke Yerusalem. Lukas memang mencatat bahwa hati Saulus saat itu berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.
Namun demikian, Allah justru menangkap Paulus. Bisa jadi Allah membutuhkan seorang yang begitu bersemangat dan siap mati untuk apa yang dipercayainya. Paulus sendiri mengakui, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Allah mengasihani saya supaya Kristus Yesus dapat menunjukkan seluruh kesabaran-Nya terhadap saya, orang yang paling berdosa ini. Dan ini menjadi suatu contoh untuk semua orang yang nanti akan percaya kepada-Nya dan mendapat hidup sejati dan kekal.”
Ya, Paulus merasa bahwa dirinya adalah contoh terbaik dari anugerah Allah itu.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
foto: unsplash/Wolfgang H.