Kesepuluh Murid Marah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 6 Februari 2025 | Mrk. 10:41

”Mendengar hal itu, kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.”
Ketika mendengarkan permintaan kedua anak Zebedeus, dan bagaimana jawaban Yesus kepada mereka, para murid lainnya marah. Pertanyaan yang layak diajukan adalah mengapa?

Kemungkinan besar mereka semua juga ingin memerintah bersama Sang Guru dalam kemuliaan-Nya. Hanya tampaknya mereka kurang percaya diri untuk ngomong. Takut dianggap enggak sopan. Bukankah Yesus pernah memarahi mereka semua karena memperdebatkan siapa yang paling besar di antara mereka?

Karena itulah, mereka marah ketika mendengar Yakobus dan Yohanes ngotot meminta untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Sang Guru nantinya. Dan lebih marah ketika Yesus menyatakan bahwa Ia sendiri—berkait orang yang memerintah bersama Dia dalam kemuliaan-Nya—menyerahkan persoalan itu kepada Allah Bapa.

Seandainya Yesus langsung mengabulkan permintaan kakak beradik itu, mudah diduga para murid pasti bungkam. Sedikitnya, menggerundel. Lalu, mengapa harus marah? Bukankah persoalan sudah selesai?

Sejatinya saat marah tanpa disadari seseorang bisa menampilkan diri lebih baik dan lebih benar ketimbang yang dimarahi. Bisa jadi itu jugalah tujuan seseorang marah. Ia ingin tampak lebih ketimbang orang lain.

Kemarahan semestinya bebas dari keinginan untuk terlihat lebih dari orang lain. Jika memang ada kemungkinan itu, sebaiknya kita perlu menahan diri. Tak perlu marah. Itu akan membuat kita capek. Bahkan, akan membuat kita malu sendiri di hadapan Tuhan, Sang Maha Tahu.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Berikut adalah tautan untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Afif Ramdhasuma

n.b.: Dukung pelayanan digital via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!