Makin Ditindas

Sabda-Mu Abadi | 4 Juni 2024 | Kel. 5:3-24
Permohonan Musa dan Harun kepada Firaun—meminta izin bagi bangsa Ibrani untuk beribadah kepada Allah di padang gurun—hanya menuai penindasan. Bukan sekadar tidak memberi izin, Firaun merasa perlu mengambil langkah taktis untuk meredam keinginan mereka.
Tidak tanggung-tanggung, Firaun memberikan maklumat kepada para mandornya: ”Kamu Tidak boleh lagi memberikan jerami kepada bangsa itu untuk membuat batu bata, seperti selama ini. Biarlah mereka sendiri yang pergi mengumpulkan jerami. Tetapi, jumlah batu bata, yang harus mereka buat selama ini tetap dibebankan kepada mereka, jangan dikurangi, karena mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka berteriak: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan kurban kepada Allah kami. Pekerjaan orang-orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat padanya dan jangan mempedulikan janji dusta” (Kel. 5:7-9). Ada tambahan pekerjaan, berarti pula tambahan waktu kerja, namun hasil kerja tidak boleh berkurang.
Mengapa Firaun menempuh kebijakan ini? Kemungkinan besar, Firaun ingin melakukan shock therapy ’terapi kejut’. Ia berharap bisa langsung memadamkan keinginan orang Ibrani. Dengan tambahan pekerjaan—bisa jadi itulah yang dipikirkan Firaun—tak ada lagi waktu bagi bangsa Ibrani untuk melakukan kegiatan lain.
Dengan cara begini, Firaun mungkin berpikir bahwa bangsa Ibrani akan semakin takut. Dan ketakutan akan membuat mereka taat tanpa syarat. Memang itulah yang terjadi. Bangsa Ibrani pun akhirnya menyalahkan Musa dan Harun.
Yang dilupakan Firaun adalah keinginan itu bukanlah inisiatif orang Ibrani, melainkan inisiatif Allah sendiri. Dan Allah mustahil tidak menggenapi apa yang difirmankan-Nya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: