Malu Bersaksi

Sabda-Mu Abadi | 13 Juli 2023 | 2Tim. 1:8-10
”Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang tahanan karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya dengan kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan anugerah-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan sekarang dinyatakan oleh penampakan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang melalui Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.”
Tak beda dengan Indonesia, Timotius tinggal di suatu tempat di mana pengikut Kristus merupakan minoritas. Bisa dimaklumi bahwa sindrom minoritas turut mewarnai batin warga jemaat. Mereka mungkin menjadi minder saat bertemu dengan orang beragama lain.
Terlebih, sebenarnya mereka ditekan oleh dua pihak. Pertama, orang beragama Yahudi yang menganggap mereka sesat. Kedua, penyembah banyak dewa yang menganggap aneh ada sekelompok orang yang percaya kepada satu Allah. Belum lagi, pengaruh zaman yang merasa bahwa manusia boleh bertindak apa saja sesukanya.
Situasi dan kondisi macam begitulah yang membuat Paulus menegaskan kepada Timotius dan warga jemaat yang dipimpinnya untuk tidak malu bersaksi berkenaan iman Kristen mereka. Sebab, Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia. Dengan kata lain, Ia berkuasa—di atas segala kuasa di bumi—sekaligus dibutuhkan semua orang di dunia. Pada kenyataannya, semua orang membutuhkan keselamatan.
Kepercayaan kepada Yesus Kristus semestinya membanggakan karena Ia telah mematahkan kuasa maut dan menganugerahkan hidup kekal. Kenyataan ini seharusnya membuat orang Kristen pada masa Timotius, juga kita sekarang ini, tidak malu.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Lisha R.