Mati bagi Dosa

Published by Admin on

Tangan Terbuka Media | 25 Februari 2023 | Rm. 6:1-4

Jika demikian, apa yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah anugerah itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus Yesus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita dimungkinkan hidup dalam hidup yang baru.”

Paulus menyadari bahwa apa yang dikatakan sebelumnya bisa ditanggapi secara salah. Limpah anugerah Allah kemungkinan malah direspons secara negatif: Mari berbuat jahat agar Allah semakin mengasihi kita.

Konsep macam begini tentunya berakar pada dosa, yang dengan sengaja mempermainkan Allah. Pada titik ini, dengan kalimat retorik Paulus menegaskan: ”Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih hidup di dalamnya?”

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dosa tidak lagi berkuasa atas kita, jadi, mana bisa kita terus-menerus hidup dengan berbuat dosa?” Sepertinya Paulus hendak menyatakan bahwa dosa tak lagi berkuasa, tetapi manusialah yang masih mau diperbudak olehnya. Dan itu sebenarnya absurd.

Itu sama halnya dengan orang Israel, yang telah keluar dari Mesir, namun masih tetap memimpikan hidup di Mesir dengan segala kenikmatannya. Dan mereka lupa bahwa kenikmatan itu semu sifatnya karena seenak-enaknya hidup di Mesir mereka adalah budak. Paulus memastikan bahwa setiap orang yang telah dibaptis dalam kematian Kristus semestinya hidup dalam hidup yang baru. Yang lalu semestinya sudah berlalu.

Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Foto: Unsplash/Cecilie A.