Memperkenalkan Allah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 23 April 2024

Kisah kelahiran manusia pertama sungguh menarik disimak. Dengan penuh syukur Hawa berseru, ”Aku telah mendapat seorang laki-laki dengan pertolongan TUHAN” (Kej. 4:1). Hawa mengakui bahwa hanya karena pertolongan Allahlah, dia mendapatkan anak. Sesungguhnya setiap anak merupakan pertolongan Allah semata.

Kemungkinan besar kenyataan itu pulalah yang membuat Adam dan Hawa berupaya memperkenalkan Allah kepada anak-anak mereka. Dan itulah pula yang terjadi. Awal Kisah Kain dan Habel memperlihatkan bagaimana Adam dan Hawa mampu memberikan pengertian kepada anak-anak mereka bahwa mereka adalah ciptaan Allah. Karena kehadiran mereka di bumi merupakan karya pertolongan Allah, maka persembahan merupakan sebuah keniscayaan.

Persembahan merupakan tanda syukur sekaligus ketaklukan manusia kepada Sang Pencipta. Kain dan Habel kelihatannya berupaya memberikan yang terbaik dari apa yang mereka bisa berikan. Kain memberikan hasil bumi, sedangkan Habel mempersembahkan yang sulung dari anak dombanya. Allah mengindahkan persembahan Habel, namun menolak persembahan Kain.

Kita tidak pernah tahu mengapa Allah mengindahkan persembahan Habel dan menolak persembahan Kain. Yang kita tahu, Kain tak bisa menerima kenyataan itu dan menjadi sakit hati. Ketimbang mengklarifikasi tanggapan Allah perihal persembahannya, Kain lebih suka mengambil jalannya sendiri. Dia membunuh adiknya.

Mengapa Kain membunuh Habel? Bukankah seharusnya dia melindungi adiknya? Mengapa pula dia tidak mencoba membagikan perasaannya kepada orang tuanya, juga kepada Allah sendiri? Kita memang tidak pernah tahu jawabannya. Tampaknya, dosa telah begitu menguasai Kain. Ketika manusia tak mampu menguasai dosa, maka dosa itulah yang akan menguasainya.

Kisah pembunuhan pertama dalam Alkitab ini memperlihatkan betapa pentingnya tugas orang tua untuk terus memperkenalkan Allah—Yang Mahakuasa dan Mahakasih—kepada anak-anak mereka. Allah mempunyai kekuasaan penuh untuk menilai persembahan manusia—menerima atau menolaknya.

Akan tetapi, Allah tidak pernah membuang manusia. Kain pun pada akhirnya menyadari bahwa Allah tetap mengasihinya dengan ”menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh siapa saja yang bertemu dengan dia” (Kej. 4:15).

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Aaron Burden