Mengeraskan Hati

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 24 Oktober 2023 | Yos. 11:16-20

”Yosua merebut seluruh negeri itu, baik pegunungannya, maupun seluruh Tanah Negeb, seluruh tanah Gosyen, Syefela, Araba-Yordan, dan Pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; mulai dari Gunung Khalaq, yang naik ke arah Seir, sampai ke Ba’al-Gad di lembah Libanon, di kaki Gunung Hermon. Semua raja wilayah itu ditangkapnya dan dibunuhnya. Yosua berperang cukup lama melawan semua raja itu. Tidak ada satu kota pun yang mengadakan perjanjian dengan orang Israel kecuali orang Hewi, penduduk Gibeon. Semua kota itu mereka rebut dengan berperang. TUHANlah yang mengeraskan hati orang-orang itu, sehingga berperang melawan orang Israel, agar mereka ditumpas tanpa belas kasihan dan dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”

Penulis Kitab Yosua menyatakan dengan jelas bahwa perebutan Tanah Perjanjian itu tidak berlangsung cepat. Butuh waktu. Waktunya sangat lama. Sungguh wajar karena tanah itu sendiri bukan tanpa pemilik. Dan tentu saja, mereka tak rela jika tanah yang telah mereka tempati dicaplok bangsa yang baru Merdeka.

Frasa ”mengeraskan hati” yang digunakan oleh penulis kitab hingga kini menjadi bahan perdebatan banyak teolog. Apakah Allah menjadikan hati bangsa-bangsa itu keras agar dapat memusnahkan mereka?

Penulis Kitab Yosua percaya pastilah memahami bahwa Allah itu Mahakuasa. Tak ada hal yang terjadi di luar pengetahuan-Nya. Bahkan tindakan apa pun dari manusia sejatinya hanya dalam izin-Nya.

Sebenarnya jika kita menyimak kembali kisah Rahab dan Orang Gibeon, tampak bahwa setiap orang mempunyai kehendak bebas. Dan ketika tindakan manusia itu sesuai dengan kehendak Allah, Dia mengizinkan—atau membiarkan —kehendak bebas manusia itu menjadi kenyataan.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Foto: Unsplash/Neom