Menjadi Pelarian
Sabda-Mu Abadi | 8 Mei 2024
Kisah perjumpaan Yakub dengan Allah dalam suatu mimpi di Betel menarik disimak (lih. Kej. 28:10-22). Pertama, Allah adalah pribadi yang menyapa. Yakub bermimpi ada sebuah tangga yang menuju langit, dan dia melihat malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga tersebut. Dan Yakub melihat TUHAN berdiri di sampingnya dan memperkenalkan diri sebagai Allah Abraham dan Allah Ishak. Inilah kali pertama Yakub berjumpa dengan Allah. Itu hanya mungkin terjadi ketika Allah menyapa dirinya.
Kedua, tak sekadar menyapa, Allah berjanji kepada Yakub bahwa tanah tempat dia berbaring akan menjadi milik Yakub dan keturunannya. Keturunan Yakub akan begitu banyak, Yakub dan keturunannya akan menjadi berkat bagi banyak kaum di muka bumi.
Menarik diperhatikan bahwa janji Allah kepada Abraham dinyatakan kepada Yakub, pribadi yang mungkin tak dipandang manusia. Yakub bukan pahlawan, dia seorang penipu—menipu ayahnya, juga menipu kakaknya demi berkat sebagai anak sulung. Kenyataan itu pulalah yang membuat dia menjadi pelarian di negeri orang. Dia lari untuk menghindari kemarahan Esau.
Dalam budaya manusia normal mana pun, apa yang dilakukan Yakub merupakan aib. Inilah anugerah itu—Allah berjanji kepada pribadi yang dikenal sebagai penipu. Yang juga menarik, pribadi yang tidak diperhitungkan itu diberi kesempatan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Ketiga, Allah berjanji akan menyertai Yakub di mana pun, dan itu juga berarti kapan pun. Dewa-dewa orang Mesopotamia kuno terkait dengan tempat-tempat tertentu. Dewa-dewa itu hanya memberi perlindungan sebatas wilayah itu. Namun, ini tidak berarti bahwa Allah mengikuti ke mana pun Yakub pergi. Tidak. Bukan itu. Tetapi, Allah itu Mahahadir. Allah sudah ada di tempat yang akan dituju. Dan Allah siap melindungi.
Keempat, Allah adalah pribadi yang berkenan menepati janji-Nya. Janji Allah tidak ditentukan oleh situasi dan kondisi rohani manusia. Janji Allah kekal adanya sebagaimana Dia sendiri kekal sifat-Nya. Meski Yakub seorang pelarian, Allah mau menjadi tempat pengungsiannya.
Allah takkan pernah meninggalkan kita. Janji-Nya kekal. Sebab kita adalah milik-Nya, yang ditebus dengan darah-Nya sendiri. Karena itu, marilah kita terus memercayakan diri kita kepada Dia!
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio: