Metode Mengajar

Sabda-Mu Abadi | 7 Januari 2025 | Mrk. 9:2b-8
”Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan jubah-Nya sangat putih berkilauan. Tidak ada seorang penatu pun di dunia ini yang dapat memutihkan pakaian seperti itu” (Mrk. 9:2b-3).
Kisah ”Pemuliaan Yesus di Atas Gunung” sepertinya merupakan salah satu metode mengajar Sang Guru dari Nazaret. Jangan lupa keterangan waktu ”enam hari kemudian”! Bisa jadi para murid sulit memahami jalan yang akan ditempuh guru mereka. Bagaimana mungkin Yesus mati dibunuh? Mungkinkah orang membunuh Yesus? Jawabnya: tentu tidak mungkin. Yang mungkin adalah Yesus menyerahkan diri-Nya untuk dibunuh.
Kalaupun Yesus dibunuh, jangan lupa, pada hari ketiga Dia bangkit. Bagaimana mungkin itu terjadi? Kisah ”Pemuliaan Yesus di Atas Gunung” memperlihatkan bahwa kebangkitan Yesus bukanlah suatu kemustahilan. Kisah ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.
Sekali lagi, kisah ”Pemuliaan Yesus di Atas Gunung” seharusnya tak membuat para murid gentar menghadapi salib. Jalan salib adalah jalan sengsara yang harus dilalui oleh Yesus. Hanya dengan jalan itulah keselamatan manusia menjadi nyata.
Sesungguhnya, tidak hanya Yesus yang harus menempuh jalan itu. Para murid juga diminta menempuh jalan sengsara. Artinya: mau menjalani kesulitan hidup agar semakin banyak orang merasakan kasih Allah. Artinya: mau menderita agar semakin banyak orang merasakan kasih Allah.
Itu pulalah jalan hidup yang dilakoni ketiga murid selanjutnya: Yakobus mati dengan pedang pada zaman Herodes, Yohanes dibuang ke Patmos, dan Petrus disalib dengan kepala di bawah.
Apa lagi di atas gunung itu, mereka mendengar suara: ”Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia.” Jalan hidup ketiga murid itu memang berdasarkan kalimat tersebut.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: