Mimpi Firaun

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 20 Mei 2024

Mimpi Firaun memperlihatkan kepada kita bahwa Allah adalah pengendali tunggal alam semesta. Dia berkarya dengan cara yang cermat—menjalin kisah satu dengan yang lainnya—untuk mewujudkan kehendak-Nya. Karena itu, memasrahkan diri kepada Allah merupakan tindakan yang masuk akal.

Tindakan juru minuman yang baru ingat jan­jinya kepada Yusuf—ketika tak ada seorang pun yang dapat menjelaskan mimpi Firaun—bisa kita lihat sebagai cara strategis Allah membawa Yusuf langsung ke istana. Yusuf pun memahami bahwa Allah dapat menggunakan mimpi sebagai sarana untuk menyatakan maksud-Nya.

Karena mimpi Firaun itu berasal dari Allah, maka hanya Dialah yang dapat menerangkan artinya. Tak hanya arti mimpi, tetapi juga tindakan-tindakan antisipatif yang bisa dilakukan. Dan itulah yang ditawarkan Yusuf kepada Firaun. Yang pertama, mengangkat seseorang untuk menjadi manajer untuk mengelola di negeri pada masa ke­limpahan dan masa kelaparan. Yang kedua, Yusuf mengusulkan untuk menyimpan seperlima hasil bumi pada masa kelimpahan.

Menarik disimak, Firaun setuju dengan usul Yusuf. Sebenarnya Firaun bisa saja membantahnya karena musim kering yang panjang—yang bisa mengakibatkan kelaparan—merupakan peris­tiwa yang tidak lazim. Sebab Sungai Nil banjir hampir setiap tahun, yang menyisakan tanah baru yang berlumpur dan subur.

Bisa jadi penjelasan Yusuf yang masuk akal— juga kepercayaannya bahwa semuanya berasal dari Allah—membuat Firaun memercayai Yusuf. Pada titik ini Yusuf tidak merasa perlu mendapatkan kredit atau pujian dari Firaun. Bahkan Yusuf te­gas memperlihatkan bahwa Allah sendirilah yang ingin menyatakan maksud-Nya kepada Firaun. Yusuf hanyalah alat yang dipakai Allah untuk menjelaskan arti mimpi itu, sekaligus beberapa tindakan yang dianggap perlu. Yusuf mengajak Firaun untuk mengakui bahwa Allahlah yang ber­daulat.

Mengapa Yusuf sampai pada prinsip hidup semacam begini? Kita bisa memastikan, kedekatan hubungan dia dengan Allah merupakan kuncinya. Tentu saja, pengalaman akan pemeliharaan Allah selama 13 tahun masa sulit membuat Yusuf sema­kin memercayai Allah. Dan kepercayaan kepada Allah itulah yang menjadikan Yusuf sungguh per­caya diri saat berhadapan dengan Firaun.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Jr. Korpa