Orang Kedua di Mesir

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 21 Mei 2024

Firaun terpana mendengarkan tafsir, langkah strategis, sekaligus menyaksikan kerendahha­tian Yusuf. Orang Ibrani itu kukuh berpendapat bahwa semua kehebatan dirinya bukan berasal dari dirinya sendiri, namun dari Allah. Itu membuatnya tak mau mengambil pujian yang bukan haknya.

”Mungkinkah kita mendapat orang seper­ti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” (Kej. 41:38). Itulah kekaguman sekaligus pengakuan Firaun bahwa Yusuf memang dipimpin Allah. Karena itulah Firaun lalu mengangkat Yusuf menjadi orang kedua di Mesir. Itu jugalah mungkin alasan Firaun memberikan nama Mesir ”Zafnat-Paaneah”, kepada Yusuf. Nama itu berar­ti ”Allah bersabda, Ia hidup”. Pada titik itu juga agaknya Firaun pun mengakui kemahakuasaan Allah yang disembah Yusuf.

Tak hanya itu. Firaun pun memberikan Yusuf seorang istri. Bisa jadi itu jugalah cara Firaun mengikat Yusuf agar tidak meninggalkan Mesir. Dia agaknya takut kehilangan Yusuf. Bagaimana­pun Firaun memang membutuhkan orang seperti Yusuf di kerajaannya. Kalau Yusuf sampai dibajak musuh, itu bisa jadi petaka buat Mesir.

Penulis Kitab Kejadian mencatat: ”Yusuf berumur tiga puluh tahun ketika ia mulai mengabdi kepada Firaun, raja Mesir” (Kej. 41:46). Itu berar­ti ada selang waktu 13 tahun sejak ia dijual oleh saudara-saudaranya. Kisah hidupnya memang naik turun: dari anak kesayangan, menjadi budak belian, menjadi orang kepercayaan Potifar, menja­di narapidana, dan akhirnya menjadi orang kedua di Mesir.

Namun, di atas semuanya itu, tampaklah bahwa Allah sungguh menyertai dan membuat apa yang dilakukannya berhasil. Situasi sulit ti­dak membuat Yusuf mengasihani dirinya sendiri. Mengapa bisa begitu? Kemungkinan besar karena Yusuf sungguh merasa dikasihi Allah. Bisa juga dia merasa bahwa semua derita yang dialaminya hanya sarana bagi Allah untuk menjadikannya berkat bagi sesama.

Dan memang tak hanya Mesir yang mera­sakan berkat itu. Bangsa-bangsa lain, bahkan nantinya ayah dan saudara-saudaranya pun, mera­sakan berkat akibat tindakan Yusuf. Kunci dari kisah Yusuf adalah pengakuan bahwa Allah sungguh mengasihinya. Itu jugalah yang penting ditanamkan setiap orang tua kepa­da anak-anaknya. Ya, Allah sungguh mengasihi umat-Nya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Ran B.