Partner yang Akuntabel

Published by Admin on

parner yang kompatible

Sabda-Mu Abadi | 1 Juni 2024 | Kel. 4:20-26

”Kemudian Musa mengajak istri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir. Ia memegang tongkat Allah itu di tangannya” (Kel. 4:20). Catatan penulis Kitab Keluaran ini sederhana, namun menyiratkan setidaknya dua makna.

Pertama, Allah tidak memanggil pelayan-Nya sendirian. Ia juga memanggil keluarganya—pasangan hidup, juga anak. Itu berarti pelayanan bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga urusan keluarga. Sehingga peran serta seluruh anggota keluarga menjadi modal utama—bahkan menjadi dasar—pelayanan.

Kedua, pasangan hidup dipanggil menjadi—meminjam istilah yang dikembangkan Haggai Institute—partner yang akuntabel. Akuntabel merupakan kata sifat, yang berarti dapat dipertanggungjawabkan. Menjadi partner yang akuntabel berarti ada keinginan untuk terus menjalankan peran itu dengan penuh tanggung jawab.

Itu jugalah yang dilakukan Zipora. Penulis Kitab Keluargan mencatat: ”Tetapi, di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN mendatangi Musa dan berusaha untuk membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, memotong kulit khatan anaknya, kemudian menyentuh kulit itu kaki Musa dengan kulit itu sambil berkata, ’Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.’ Oleh karena itu TUHAN membiarkan Musa. ’Pengantin darah,’ kata Zipora waktu itu, sehubungan dengan sunat” (Kel. 4:24-26).

Kemungkinan besar Musa belum menyunat anaknya sebagaimana lazimnya umat Israel. Itulah yang membuat TUHAN ingin membunuhnya. Dan Zipora peka akan hal itu dan langsung menyunat anaknya. Tindakan itulah yang menyelamatkan Musa. Bayangkan apa jadinya Israel jika Musa mati sebelum bekerja!

Sesungguhnya umat Israel layak mengapresiasi tindakan Zipora ini.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Dawn Kim