Pola Pengasuhan

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 24 April 2024

Kisah keturunan Adam memperlihatkan bahwa Allah bukanlah pribadi yang ingkar janji. Meski Allah menghukum Kain, namun Allah tetap mengasihi Kain, bahkan memberikan anak dan cucu kepadanya.

Kepada keturunan Kain, Allah juga memberikan kemampuan untuk mengembangkan talenta yang ada dalam dirinya. Penulis Kitab Kejadian mencatat: ”Lamekh mempunyai dua orang istri, Ada dan Zila. Ada melahirkan Yabal, dan keturunan Yabal itulah bangsa yang memelihara ternak dan tinggal dalam kemah. Adiknya bernama Yubal, dan keturunan Yubal adalah pemain musik kecapi dan seruling. Zila melahirkan Tubal-Kain, dan keturunannya membuat segala macam perkakas dari tembaga dan besi” (Kej. 4:19-22, BIMK).

Sayangnya, kemampuan akal budi yang begitu baik ternyata tidak berbanding lurus dengan moral. Lamekh, yang bisa diduga tokoh masyarakat pada waktu itu, dengan bangga memaparkan kejahatannya. Kepada istrinya, Lamekh berkata, ”Seorang pemuda kubunuh karena telah menghantam aku. Kalau tujuh orang dibunuh untuk membalas pembunuhan Kain, maka tujuh puluh tujuh orang akan dibunuh kalau aku dibunuh” (Kej. 4:23-24, BIMK).

Bayangkan, ada pemuda yang melukai Lamekh, dan sebagai balasannya Lamekh membunuhnya. Ini bukanlah tindakan yang adil. Pembalasan lebih dari yang seharusnya. Bahkan Lamekh memerintahkan keturunannya untuk melakukan balas dendam seandainya dia mati. Tak tanggung-tanggung, 70 orang harus mati ganti nyawanya.

Mengapa ini bisa terjadi? Kelihatannya pola pengasuhan sangat berpengaruh dalam hal ini. Kalau mengikuti pola Kitab Kejadian, inilah pembunuhan kedua yang dilakukan manusia terhadap manusia lainnya. Mungkin Lamekh lupa bahwa perjanjian Allah kepada Kain—dan memberi tanda kepadanya—adalah untuk menyelamatkan hidup Kain (lih. Kej. 4:15). Itu berarti Lamekh telah bertindak melebihi Allah, bahkan menganggap dirinya Allah.

Keturunan Set sungguh berbeda. Set—yang namanya berarti ”mengaruniakan” itu—agaknya sungguh memahami bahwa dirinya adalah karunia Allah. Dan saat mendapatkan Enos, penulis mencatat: ”Pada waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN” (Kej. 4:26). Ada kerinduan manusia untuk bersekutu dengan Allah. Jelaslah di sini, pola pengasuhan sungguh signifikan bagi pertumbuhan moral anak-anak.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Volodymyr H