Rasa Cukup

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 3 Juli 2023 | 1Tim. 6:6-8

”Memang kesalehan itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab, kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”

Agar tidak menjadikan kesalehan sebagai ajang bisnis, Paulus menyatakan pentingnya mengembangkan rasa cukup dalam diri. Keinginan memang tak terbatas. Dan itu hanya bisa dibatasi oleh rasa cukup. Itu berarti batasnya memang bukan orang lain, tetapi diri kita sendiri.

Mengapa Paulus mengatakan bahwa itu suatu keuntungan besar? Sebab, rasa cukup itu bisa membuat kita lebih percaya diri karena kita tidak terlepas dari godaan untuk menjadi munafik. Kemunafikan hanya akan membuat kita terus merasa bersalah, terus menggunakan topeng, dan akhirnya capek sendiri.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Memang agama memberikan keuntungan yang besar, kalau orang puas dengan apa yang dipunyainya.” Puas dengan apa yang dimiliki akan membuat orang percaya diri. Tidak puas dengan apa yang dimiliki sering membuat orang minder. Sebab, dia merasa enggak punya apa-apa, yang layak dibanggakan. Bawaannya akan terus menunduk jika bertemu dengan orang lain karena dia merasa enggak ada yang bisa dibanggakannya.

Padahal, ini juga yang ditekankan Paulus, manusia lahir tidak membawa apa pun, mati juga tidak membawa apa pun. Sehingga, asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Dan sebenarnya, kita pun tidak mungkin sekali makan lebih dari dua piring nasi dan memakai dua pakaian sekaligus.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Debby H.