Saling Mendengarkan

Published by Admin on

18 Oktober 2022,
(Kis. 11:1-18),

”Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka, ’Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.’”
Persekutuan jemaat perdana diuji. Perjumpaan Petrus dan Kornelius menimbulkan reaksi keras. Ada perselisihan pendapat. Orang-orang Yahudi Kristen itu mengkritik Petrus karena—dalam anggapan mereka—telah bertindak melampaui wewenangnya.

Reaksi itu wajar karena ada yang luar biasa. Tak perlu kita terlalu menyalahkan mereka. Itu merupakan hal baru. Tradisi yang dibangun dalam jemaat kala itu masih terbatas dalam lingkungan Yahudi. Tak heran, mereka melihat Petrus sebagai pelanggar tradisi. Karena itu, mereka menegurnya.

Di sini kita perlu belajar dari warga jemaat perdana. Mereka berani menyatakan pendapat berbeda, bahkan kepada pemimpin jemaat. Kadang orang tak berani mengkritik karena melihat orang atau jabatannya. Sepertinya mereka mengasihi Petrus. Mereka tak ingin sang pemimpin berbuat salah. Mereka mengkritik berdasarkan kasih. Mereka menegur dalam kasih.

Namun, mereka diam kala Petrus menjelaskan tindakannya. Mereka mengkritik dengan mulut, tetapi juga mau mendengarkan dengan telinga mereka. Persoalan bagi banyak kritikus adalah lebih siap membuka mulut, ketimbang membuka telinga. Dan orang Yahudi itu siap membuka mulut dan telinga!

Menariknya, Petrus bersikap terbuka terhadap kritik. Mungkin dia kaget, tetapi agaknya dia yakin bahwa kritik itu disampaikan demi kepentingannya sendiri. Lagi pula, mengasihi berarti siap menerima kritik dan siap dilukai.

Petrus lalu memberikan penjelasan secara terbuka. Dia tidak sedang membela diri. Dia merasa perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Tanggung jawab merupakan kata kunci dalam pertemuan di Yerusalem itu. Para pengkritik—karena merasa turut bertanggung jawab dalam kehidupan jemaat—mengkritik Petrus. Dan Petrus pun tidak lepas tangan.

Kesimpulan akhir melegakan semua pihak. Lukas mencatat: ”Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya, ’Jadi, kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”

Kuncinya: kesediaan mendengarkan. Petrus mendengarkan kritikan dan mereka mendengarkan alasannya. Kala Petrus dan warga jemaat saling mendengarkan, sepertinya, mereka mendengarkan suara Tuhan sendiri.

Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

8
Categories: Membarukan