Tak Pernah Kulihat Salib

Published by Kris Hidayat on

Peristiwa Paskah yang kita peringati baru-baru ini seperti sebuah film lama yang diputar ulang dalam perayaan ibadah kita. Lalu kita menyadari bahwa Ibadah Minggu yang kita lakukan sebenarnya mengacu pada kisah Paskah. Sebuah peringatan yang berpuncak pada bukit Golgota, ketika tubuh Sang Penebus disalib menjadi penebus dosa.

Lalu sebaris kalimat dari sebuah lagu melintas, “Walau tak pernah kulihat salib dan darah yang ditumpahkan, namun Dia mati bagiku.” Lagu ini sudah lama terngiang di telinga saya karena kesan mendalam yang pernah saya rasakan ketika seorang solois menyanyikan perlahan lagu ini untuk mengiring refleksi penyaliban Yesus Kristus dalam sebuah ibadah.

Dari informasi di dunia maya, beberapa hari lalu saya menemukan bahwa lagu yang berjudul, ”Ku Tahu Dia Mati Bagiku” ini awalnya dinyanyikan oleh Lelengboto Sister, dan ada satu video yang diunggah dengan iringan gitar di media YouTube. Saya bersyukur menemukan kembali lirik dan nada lagu ini. Tidak banyak lagu yang berkesan mendalam, namun lagu ini menyentak setiap kali peringatan penyaliban di bukit Golgota diperingati dalam ibadah.

Percaya Walau Tidak Melihat

Melalui lagu yang menceritakan penyaliban ini, justru dimulai dengan kenyataan bahwa peristiwa ini sangat jauh terjadi di waktu yang kita tidak tahu, di sebuah tempat yang tidak pernah terbayangkan dan peristiwa yang sangat luar biasa, lalu mengapa hal ini memberi dampak yang begitu dekat dan juga berkaitan dengan hidup-mati kita juga.

Banyak peristiwa yang terjadi di sekitar kita, biasanya tentang diri kita atau orang-orang di sekitar kita. Ada peristiwa yang membahagiakan atau juga peristiwa kehilangan yang menyakitkan sekalipun, tetapi itu menjadi bagian dari hidup kita karena kita mengalami dan melihatnya sendiri. Kita membuktikan dengan mata kepala kita, kita menyentuhnya dan itu yang kemudian memengaruhi respons kita, perasaan kita, dan keyakinan-kayakinan kita.

Dalam peristiwa di Golgota, kita tidak hadir dan melihat di sana, entah apakah kita akan punya kesempatan melihat tempat kejadian penyaliban Yesus nantinya, tetapi sebuah keyakinan muncul dalam diri kita. Peristiwa penyaliban di bukit Golgota adalah hal penting bagi kehidupan saya, sekalipun saya tidak pernah melihatnya, dan barangkali tidak ada kesempatan untuk membuktikan bahwa semua tempat itu ada.

Bersyukur ada Alkitab yang menjadi bagian dari keyakinan kita, tidak sekadar buku sejarah, tetapi menjadi sebuah wahyu yang kita yakini kita bisa lebih dalam lagi terisap di dalamnya. Sama seperti lagu lama yang tiba-tiba muncul dalam pencarian di halaman internet, saya masuk kembali ke dalam setiap momen perayaan penyaliban dan Paskah melalui lagu ini.

Saya tidak lagi bertanya mengapa bisa percaya kepada Yesus yang tersalib itu, yang melakukan sesuatu yang berpengaruh bagi kehidupan saya. Yang perlu saya lakukan adalah semakin menghayati dan menghidupi keyakinan itu dan membuktikannya.

Saya hanya perlu berterima kasih kepada keluarga yang telah membuat saya punya keyakinan ini, kepada para pewarta dari mana saja yang membuat peristiwa di Golgota ini bisa hadir di tempat saya tinggal dan hidup. Lalu kepada penyanyi dan penggubah lagu yang selama separuh hidup saya telah turut memelihara keyakinan ini menjadi semakin nyata dengan cara yang ajaib.

KU TAHU DIA MATI BAGIKU

Tak pernah kulihat salib yang dipikul-Nya.
Tak pernah kulihat darah yang ditumpahkan-Nya.
Tak pernah kudengar t’riakan, ”salibkanlah Dia.”
Walau tak kusaksikan, kutahu Dia mati bagiku.

Tiap langkah-Nya ke Kalvari.
Tiap tetes darah meleleh bagiku.
Banyak perkara yang tak dapat kulihat.
Tapi ‘ku percaya Dia mati bagiku.

Tak pernah kulihat beban yang ditanggung-Nya.
Tak pernah kulihat duri di kepala-Nya.
Tak pernah kulihat bukit tempat Dia tersalib.
Walau tak kusaksikan, kutahu Dia mati bagiku.

Tiap langkah-Nya ke Kalvari.
Tiap tetes darah meleleh bagiku.
Banyak perkara yang tak dapat kulihat.
Tapi ‘kupercaya Dia mati bagiku.
Tapi kupercaya Dia mati bagiku.

Kris Hidayat | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Foto: Unsplash/Thanti Riess