Di Hadapan Mahkamah Agama
Sabda-Mu Abadi | 25 Desember 2022
(Kis. 22:30–21:11)
”Namun kepala pasukan itu ingin mengetahui dengan teliti apa yang dituduhkan orang-orang Yahudi kepada Paulus. Karena itu, keesokan harinya ia menyuruh mengambil Paulus dari penjara dan memerintahkan, supaya imam-imam kepala dan para anggota Mahkamah Agama lainnya berkumpul. Lalu ia membawa Paulus dari markas dan menghadapkannya kepada mereka. Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata, ’Saudara-saudara, sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah’” (Kis. 22:30–23:1).
Di hadapan Mahkamah Agama, Paulus menyatakan dirinya selaku manusia merdeka. Ia tidak merasa perlu menunduk di hadapan Mahkamah Agama. Sembari menatap anggota Mahkamah Agama, dia menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah di hadapan Allah.
Ketika ditampar atas perintah imam besar, Paulus yang tidak mengetahui bahwa orang itu adalah imam besar langsung menghardik, ”Allah akan menampar engkau, hai tembok yang dikapur putih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku menurut hukum Taurat, namun engkau melanggar hukum Taurat dengan perintahmu untuk menampar aku.”
Dengan mengatakan orang itu sebagai tembok yang dikapur putih, Paulus hendak menyatakan bahwa imam besar adalah orang munafik yang pura-pura suci. Dan ketika diberi tahu bahwa orang tersebut adalah imam besar, Paulus hanya mengatakan bahwa dia tidak tahu, tetapi dia tidak merasa perlu meminta maaf. Sepertinya Paulus merasa tidak perlu meminta maaf karena dia memang tidak merasa bersalah sedikit pun. Bagi dia yang bersalah tetaplah orang yang telah menyuruh orang menamparnya tanpa alasan.
Karena melihat bahwa ada orang-orang Saduki, yang tidak percaya kebangkitan orang mati, Paulus dengan sengaja mengatakan bahwa dia diadili karena percaya akan kebangkitan orang mati. Padahal kaum Saduki—berbeda dengan kaum Farisi—tidak memercayai kebangkitan orang mati. Pernyataan itu membuat anggota Mahkamah Agama terbelah dan berdebat satu sama lain. Taktik Paulus membuat sidang itu kacau, sehingga mereka tidak dapat mengambil keputusan untuk Paulus.
Sekali lagi Paulus lolos dari sidang yang mungkin akan berakhir dengan hukuman baginya. Dan itulah yang dikehendaki Tuhan Yesus. Sebab Paulus akan menjadi saksi-Nya di Roma. Dengan kata lain, Paulus memang harus tiba di Roma dan memberitakan Injil di sana.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Sanjeevan SatheesKumar