Hati Nurani Murni

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 10 Juli 2023 | 2Tim. 1:3-4

”Aku mengucap syukur kepada Allah yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Aku selalu mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. Apabila aku terkenang akan air matamu, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.”

Paulus sungguh percaya diri. Paulus menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa ia melayani Allah tanpa pamrih. Murni. Penuh percaya diri karena Paulus, juga Timotius, pasti tahu bahwa Allah itu Mahatahu. Tak ada yang bisa disembunyikan di hadapan-Nya. Dan sebagai orang dekat, Timotius pasti tahu apakah pernyataan sang guru itu benar atau cuma omongan tanpa isi.

Yang juga menarik adalah Paulus menyatakan bahwa sejatinya nenek moyangnya juga melayani Allah dengan hati nurani murni. Kita—orang percaya abad ke-21—tidak tahu siapa yang dimaksudkannya. Karena, dalam pikiran kita tentang orang Israel lebih banyak buruknya ketimbang baiknya.

Mungkin kita perlu memahami kata ”murni” di sini sebagai mau bersikap apa adanya, tak merasa perlu menyembunyikan apa pun di hadapan Allah. Tentu dengan segala keterbatasan manusiawi. Dan ketika salah, ya tinggal minta ampun kepada Allah.

Sesungguhnya itu jugalah yang dilakukan Timotius. Ia bersikap apa adanya dan terbuka terhadap gurunya. Ia tidak jaim. Sehingga Paulus bisa tahu betapa besarnya pergumulan Timotius. Dan karena itu, Paulus ingin bertemu dengan muridnya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Foto: Unsplash/Irina Z.