Ibu Mertua dan Menantu Perempuannya
Sabda-Mu Abadi | 18 Januari 2023 | Rut 1
Dalam bahasa Ibrani, Naomi berarti ”manis”. Namun, jalan hidup Naomi tak semanis namanya. Kelaparan di Israel menyebabkan Naomi dan Elimelekh, suaminya, merantau ke Moab. Mereka punya dua anak lelaki: Mahlon dan Kilyon. Di Moab Elimelekh meninggal.
Sebagai janda, Naomi merawat kedua anaknya di tanah asing itu. Kedua anaknya itu lalu menikah dengan orang Moab: Orpa dan Rut. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak: Mahlon dan Kilyon mati di tanah Moab.
Naomi pun meminta kedua menantu perempuannya untuk meninggalkan dirinya. Sejatinya tindakan itu berdasarkan kasih. Naomi merasa masa depannya sudah bisa dipastikan, tanpa suami dan anak-anak yang akan merawatnya pada masa tuanya. Namun, masa depan kedua menantunya masih panjang. Masih ada harapan. Jika mereka kembali ke bangsanya, mungkin ada seorang laki-laki yang akan mempersunting mereka. Sekali lagi, Naomi sangat mengasihi kedua menantunya.
Setelah bertangis-tangisan, Orpa pun meninggalkan Naomi. Akan tetapi, Rut tetap bersama dengan Naomi, bahkan berjanji: ”Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (Rut 1:16-17).
Meski ibu mertuanya memaksa, Rut tetap pada pendiriannya. Dia pun rela mengikuti Naomi pulang ke Israel dan menjadi orang asing di tanah Israel. Tampaknya, ada kaitan erat antara pilihan Rut dan imannya. Rut telah belajar hidup beriman dari ibu mertuanya. Iman itu pulalah yang menggerakkannya untuk mendampingi Naomi. Iman Rut kepada TUHAN menggerakkannya untuk mengasihi ibu mertuanya. Kasih kepada TUHAN tak mungkin dilepaskan dari kasih kepada sesama.
Sesampai di Israel Naomi sendiri tak mau lagi menyandang namanya. Dia lebih suka dipanggil Mara, yang dalam bahasa Ibrani berarti ”kepahitan”. Alasannya: Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadanya. Bahkan, Naomi bersaksi: ”Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku” (Rut 1:21).
Kepahitan hidup membuat Naomi tak menyadari kata-katanya sendiri. Sebenarnya ia tak pulang dengan tangan kosong. Ia tidak sendirian. Ada Rut bersamanya. Keberadaan Rut—yang tak mau meninggalkannya—sungguh siginifikan. Kesulitan hidup tampaknya membuat Naomi tidak memperhitungkannya. Masalah kadang memang membuat orang tak lagi berpikir jernih.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Life SV