Tak Ada Dialog
Yesus tetap menolong si penderita bisu-tuli. Ia tidak pilih kasih. Semua orang berharga di mata-Nya. Kasih-Nya tersedia bagi semua orang.
Yesus tetap menolong si penderita bisu-tuli. Ia tidak pilih kasih. Semua orang berharga di mata-Nya. Kasih-Nya tersedia bagi semua orang.
Baik remah-remah maupun roti utuh, toh namanya tetap roti, yang penting bukan besar atau kecilnya anugerah, tetapi anugerah Allah itu sendiri.
Yesus berbeda. Guru dari Nazaret itu sengaja menjejakkan kaki-Nya di Tirus. Dia tak takut tercemar, bahkan berkarya di ”wilayah kafir”.
Penting bagi kita, orang percaya abad ke-21, untuk membersihkan dan memurnikan hati kita. Dan jangan pula kita malah menghakimi orang lain.
Perjumpaan Maria dan Elisabet merupakan kisah adven versi khas Lukas. Sebagai penulis, Lukas meyakini bahwa nubuat Mikha—”Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari antaramu akan bangkit bagi-Ku seorang yang memerintah Israel…” (Mi. 5:1)—mulai digenapi dalam diri Maria. Di mata Lukas, Maria merupakan figur sentral. Read more…
Kita tidak pernah tahu isi hati orang, menilai iman seseorang dari gaya hidupnya bukan tindakan yang bertanggung jawab.
Budaya dibangun bukan untuk mematikan orang, tetapi untuk menghidupkan orang.
Tak ada gunanya bibir yang memuliakan Allah, namun hatinya malah jauh dari Allah.
Semua yang menyentuh Yesus sembuh. Tak ada yang tidak disembuhkan. Yesus menyembuhkan semuanya.
Kiranya Allah mencelikkan mata hati kita agar tetap percaya bahwa Allah itu kasih adanya. Dan kita tak mungkin binasa!