Mengakhiri Pertandingan yang Baik

Sabda-Mu Abadi | 8 Agustus 2023 | 2Tim. 4:6-8
”Mengenai diriku, aku sudah mulai dicurahkan sebagai kurban persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari itu, bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”
Paulus merasa kematiannya semakin dekat. Namun, kita melihat tak ada guratan kecewa atau kegelisahan dalam suratnya. Tidak. Tidak sama sekali. Yang ada hanyalah nada kelegaan.
Kelegaan bukan karena prestasi Paulus, meski ia memilikinya. Namun, karena pada akhirnya ia boleh mengakhiri pertandingan yang baik. Paulus telah mengikuti pertandingan yang baik dengan cara baik. Paulus tidak WO, kalah sebelum bertanding. Juga tidak mundur ketika pertandingan baru berjalan setengahnya karena enggak yakin akan menang. Paulus tidak demikian. Seperti pelari maraton, ia terus berlari dan berlari hingga finis. Hingga garis akhir.
Hidup memang demikian. Bagai sebuah perlombaan, yang penuh cobaan dan godaan. Pertanyaannya, apakah kita tetap mau berlari hingga finis? Atau, malah mengambil sikap WO, kalah sebelum bertanding? Atau, apa?
Paulus terus berlomba dan mengikuti aturan yang berlaku. Ini penting. Kita tahu ada atlet yang mengikuti pertandingan akbar dan mendapatkan medali emas. Sayangnya, hasil tes urine membuktikan bahwa dia menggunakan obat perangsang. Ya, gelarnya dicopot!
Dunia olahraga memang sangat mendukung fair play. Tak boleh curang. Demikian pula dengan iman. Paulus sungguh lega saat dia berkata, ”Aku telah memelihara iman.” Imannya tidak menjadi pudar atau luntur. Tak heran, saat menulis suratnya Paulus dengan gamblang menceritakan perihal kematiannya itu dengan nada sukacita.
Paulus bersukacita karena memahami telah tersedia mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan Tuhan kepada dirinya. Perhatikan, bukan mahkota kejayaan atau mahkota kemuliaan, tetapi mahkota kebenaran! Bukan kejayaan diri yang dipentingkan di sini, tetapi kemuliaan Tuhan. Bukan kehebatan diri yang ditonjolkan, melainkan kerendahan hati karena telah melakukan apa yang benar
Dan Paulus bersaksi, bukan hanya dia yang menerimanya, tetapi juga semua orang yang merindukan kedatangan Kristus. Artinya, semua orang yang percaya kepada Allah.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Joshua H.