Meninggalkan Yerusalem

Sabda-Mu Abadi | 23 Desember 2022
(Kis. 22:17-21)
”Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain.” Demikianlah perintah Yesus Sang Guru kepada Paulus sang murid baru. Mulanya—ketika disuruh meninggalkan Yerusalem—Paulus bersikukuh bahwa orang Yahudi tak akan menangkapnya karena dia cukup dikenal sebagai penganiaya jemaat. Bahkan, dalam peristiwa Kematian Stefanus, Paulus menyetujui perajaman itu dan menjaga jubah-jubah para saksi. Kenyataan itu yang membuat Paulus yakin bahwa dia tidak akan diapa-apakan oleh orang Yahudi.
Namun, Sang Guru menegaskan bahwa meninggalkan Yerusalem bukanlah sekadar menghindar dari penangkapan orang Yahudi, namun agar Injil dapat diterima bangsa-bangsa lain. Meninggalkan Yerusalem tak perlu diartikan sebagai lari dari Yerusalem, tetapi di utus ke tempat lain. Sebab Injil juga dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain.
Dan Paulus mempunyai modal yang cukup banyak. Pertama, Paulus adalah murid Gamaliel, seorang anggota mahkamah agama yang berpengaruh. Kedua, dia berpengalaman dalam penganiayaan terhadap orang Kristen, yang membuat dia mampu berpikir sebagaimana para penganiaya berpikir. Ketiga, Paulus adalah warga negara Roma, yang membuat dia lebih percaya diri dalam menghadapi kekaisaran Romawi. Dengan kewarganegaraan itu juga Paulus bisa bebas memasuki negara-negara lain yang masih berada dalam jajahan kekaisaran Romawi.
Yang pasti, semuanya memang sudah dirancang Sang Guru sebelum memanggil Paulus. Dan karena itu, jalan yang terlogis adalah menaati rancangannya tanpa syarat.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Diyaanesh A.