Pengatur Rumah Allah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 19 Agustus 2023 | Tit. 1:7-9

”Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang pengawas jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.”

Kita mungkin agak bingung dengan istilah ”pengawas jemaat” yang muncul di sini. Namun, kata ”sebab” yang dipakai Paulus mengandaikan bahwa ”penatua” dan ”pengawas jemaat” adalah jabatan untuk orang yang sama. Penatua—dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini disebut ”pemimpin jemaat”—menunjuk pada usia lanjut, sesuai kebiasaan saat itu, bagi pemegang jabatan itu. Sedangkan istilah ”pengawas jemaat” menunjuk pada fungsi jabatan tersebut.

Menurut Paulus, pengawas jemaat adalah juga pengatur rumah Allah. Bahasa Yunaninya oikonomos, berarti orang yang mendapatkan kepercayaan untuk mengatur rumah tangga tuannya. Dari kata ini pula, orang modern mendapatkan istilah ”ekonomi”. Jika diterapkan dalam jemaat, pengatur rumah Allah adalah orang yang mendapatkan kepercayaan Tuhan untuk mengurus jemaat dan membagi-bagikan kekayaan rohani kepada orang di dalam maupun di luar jemaat.

Tugas ini sungguh mulia. Oleh karena itu, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”ia tidak boleh bercela. Ia tidak boleh sombong atau pemarah, atau pemabuk, atau suka berkelahi, atau mata duitan.” Ya, ia tidak boleh menjadikan jabatannya sebagai sarana untuk memuaskan keserakahannya. Jika penuh waktu sebagai penatua atau pengawas jemaat, tentu dia harus dihidupi oleh jabatannya itu, tetapi, sekali lagi, tak boleh serakah!

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Andre H.