Pikiran Terkutuk

Sabda-Mu Abadi | 2 Februari 2023 | Rm. 1:28-31
”Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.”
Lagi-lagi Paulus menekankan bahwa ketika tidak mengakui Allah, manusia cenderung memiliki pikiran jahat, yang berbuah pada perbuatan-perbuatan yang tidak pantas. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Hati mereka penuh dengan semua yang jahat, yang tidak benar; penuh dengan keserakahan, kebusukan dan perasaan dengki; penuh dengan keinginan untuk membunuh, berkelahi, menipu dan mendendam.”
Ya, hati mereka sarat dengan kejahatan. Makin sarat karena Allah membiarkan mereka ke dalam kesesatan itu sendiri. Dengan kata lain, jika mereka mengakui ketuhanan Allah, dalam anugerah-Nya, kemungkinan besar, Allah akan menolong mereka untuk melepaskan diri dari semua beban kejahatan itu. Hanya persoalannya mereka tidak mau mengakui kedaulatan Allah, sekaligus kelemahan diri mereka sendiri.
Selanjutnya, Paulus menyatakan dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini: ”Mereka suka membicarakan orang lain, suka memburuk-burukkan nama orang lain; mereka sombong dan kurang ajar, yang benci kepada Allah dan suka membual. Mereka pandai mencari cara-cara baru untuk melakukan kejahatan. Mereka melawan orang tua; mereka tidak mau mengerti orang lain; mereka tidak setia dan tidak berperikemanusiaan.” Jelas sekali, hubungan yang kurang baik dengan Allah membuat mereka tak lagi mampu mengasihi orang lain. Semuanya berpusat pada diri sendiri. Dengan lain perkataan mereka telah menjadi tuan atas sesamanya.
Paulus juga merasa perlu menjelaskan, manusia macam begini tahu bahwa menurut hukum Allah orang yang melakukan semuanya itu patut dihukum mati. Namun demikian, mereka melakukannya. Malah menyetujui pula orang lain melakukannya.
Pada titik ini sepertinya Paulus hendak mengingatkan agar orang tak membuat sesamanya jatuh tersandung. Menyetujui orang lain melakukan kejahatan sama halnya dengan mendukung tindakan orang tersebut. Ini jugalah pola yang biasa dipakai Iblis.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/ B. Silvia