Priskila dan Akwila
Sabda-Mu Abadi | 8 Mei 2023 | Rm. 16:3-5
”Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi. Salam juga kepada jemaat di rumah mereka.”
Tampaknya Paulus merasa penting untuk menyampaikan salam kepada orang-orang yang pernah dikenalnya. Dan Priskila dan Akwila mendapatkan tempat untuk disebut yang pertama. Ini wajar karena sepertinya pasangan suami istri itu selalu mendapat tempat di hati Paulus.
Lukas mencatat: ”Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di situ ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, istrinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah di rumah mereka. Karena memiliki pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. Setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani” (Kis. 18:1-4).
Ya, di Korintus Paulus bertemu pasangan suami istri itu. Kesamaan sebagai bangsa Yahudi Kristen di perantauan, juga sebagai tukang kemah, sepertinya yang membuat Sang Rasul dari Tarsus merasa klop dengan mereka. Tak hanya itu, kesamaan lainnya—dan ini yang terutama—mereka bukan orang Kristen biasa, namun ingin banyak orang, baik Yahudi maupun bukan, menjadi Kristen.
Salah satu peran terbesar suami istri itu adalah menjadi guru bagi Apolos, seorang pengkhotbah ulung pada masanya. Priskila dan Akwila merekrut Apolos untuk mengajarinya tentang penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Mungkin ini jugalah alasan Paulus menyatakan bahwa semua bangsa bukan Yahudi berutang budi kepada sepasang suami istri itu.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Neom