Pulanglah ke Rumahmu
”Pada waktu Yesus naik ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu memohon, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu, ’Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah dilakukan Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!’” (Mrk. 5:18-19).
Demikianlah perintah Yesus kepada orang yang telah dibebaskan dari roh jahat. Sebenarnya dia ingin sekali mengikut ke mana pun Yesus pergi. Dia ingin menjadi sama seperti para murid lainnya. Dia—yang telah mengalami pembebasan itu—agaknya merasa perlu membalas budi kepada Yesus Orang Nazaret. Menarik disimak, Yesus menyuruh orang itu pulang.
Mengapa Yesus menyuruhnya pulang? Kemungkinan besar karena laki-laki itu memang sudah lama tak pulang ke rumahnya. Markus mencatat: ”Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu” (Mrk. 5:5).
Keadaannya memang sudah tak normal lagi. Bisa jadi, ada anggota keluarga yang malu dengan keadaannya itu. Pulang ke rumah menjadi penting dan bermakna karena perubahan itu pastilah menyenangkan hati keluarganya.
Yesus menyuruhnya pulang ke rumah bukan karena tidak membutuhkan pelayanannya, tetapi karena kesaksian laki-laki tersebut akan sangat efektif. Ia bisa menjadi saksi hidup mengenai kepedulian Allah. Mengapa? Karena dia telah merasakan sendiri bagaimana Allah melakukan tindakan konkret terhadap dirinya. Pengalaman hidup itu merupakan kisah yang akan membuat orang lain mengenal dan merasakan kasih Allah itu.
Laki-laki itu pun menaati perintah Yesus itu. Laki-laki itu tak hanya pulang ke rumahnya, tetapi malah memberitakan apa yang telah diperbuat Yesus bagi dirinya di daerah Dekapolis.