Rumah Bapa

”Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab, Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu” (Yoh. 14:2).
Saya mengunjungi Ibu Anna yang tidak ikut kebaktian pagi ini di Panti Sosial Rawa Buaya, Tangerang. Ibu Anna terbaring di tempat tidur, badannya kurus kering dan meringkuk karena tulangnya sudah bengkok. Jadi sehari-hari hanya tidur tanpa bisa duduk apalagi berdiri. Hidupnya tergantung pada para sukarelawan yang membantu para penghuni panti untuk mandi, makan, dan segala hal lainnya yang sudah tidak bisa dilakukan sendiri.
Ibu Anna dahulu bekerja di California, Amerika Serikat. Kami berbicara dalam bahasa Inggris, mungkin dia lebih biasa dengan bahasa itu. Kami tidak banyak berbicara, hanya saling mengucapkan, ”Tuhan Yesus baik, Jesus loves you, Jesus loves me.” Ibu Anna tersenyum dalam kunjungan singkat itu, genggaman tangannya dilepas ketika kami mengucapkan salam selamat tinggal usai berdoa. Kami pun pulang ke rumah, Ibu Anna masih di sana terbaring lemah; namun doa kami imannya dikuatkan. Yesus yang bersama kami, juga bersama Ibu Anna dan semua penghuni panti yang sakit, sendirian dan lemah.
Penantian kami semua sama, bersama Kristus di surga kelak, tempat tiada rasa sakit, tangisan dan air mata. Harapan akan rumah Bapa yang telah disediakan Kristus bagi anak-anak-Nya selalu menghibur dan menguatkan di saat-saat sulit tak terbayangkan. Yesus paham dan mengenal kebutuhan kita, juga penderitaan serta kesesakan kita. Dunia yang menua juga membuat manusia penghuninya perlahan ikut menguap seperti asap. Siapa yang tahu seorang pekerja yang berhasil di California, menghabiskan masa tuanya di sebuah panti sosial di Rawa Buaya? Benarlah bahwa kita tak bisa menggantungkan apa pun pada dunia ini.
Terpujilah Yesus Kristus yang tahu masa depan kita, sehingga Dia memberikan yang terbaik, kelegaan bagi umat-Nya yang telah lelah berjalan di dunia ini. Dia sediakan rumah abadi di Rumah Bapa, sehingga kita berjalan bukan tanpa tujuan. Dengan iman kita memandang pada tujuan itu. Sukacita surgawi dan mahkota bagi setiap kita yang menerima-Nya sudah tersedia. Cepat atau lambat kita menuju pada tujuan yang sama, rumah Bapa.
Ibu Anna yang terlihat tak berdaya, tetapi kuat dalam iman. Karena penderitaan dan sakit ini hanya sementara, namun dalam keabadian yang akan datang sebentar lagi, Yesus Kristus akan menyambut kita semua, saat tempat kita telah sedia dibuat-Nya.
Ucok Gultom | Sobat Media penulis buku “Renung”
Foto: Unsplash/Bibek Maharjan