Salam

Sabda-Mu Abadi | 13 Agustus 2023 | 2Tim. 4:19-21
”Salam kepada Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus. Erastus tinggal di Korintus dan Trofimus kutinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus. Berusahalah ke mari sebelum musim dingin. Salam dari Ebulus, Pude, Linus, dan Klaudia, serta dari semua saudara.”
Sepertinya memang penting bagi Paulus untuk mengucapkan dan menitipkan salam melalui Timotius. Itu bisa dipahami karena teknologi pada masa itu memang tidak seperti sekarang. Korespondensi via surat memang cukup lama, dan tentu saja mahal.
Pada masa kini, di era digital, sebaiknya tak perlu menitipkan salam karena, selama kita tahu nomor telepon cerdas seseorang, kita tinggal mengirimkan pesan atau bercakap secara langsung. Cukup murah dan cepat.
Namun demikian, entah mengucapkan atau menitipkan salam melalui surat ataupun telepon cerdas, kasih adalah dasar semuanya itu. Tanpa itu, sebuah salam turun derajat menjadi sekadar basa-basi. Dan basa-basi tak akan berdampak baik apa pun. Malah bisa menjadi kurang menyenangkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”salam” berarti ”pernyataan hormat”. Dengan demikian salam bisa diartikan sebagai tanda hormat atau menghormati orang yang diberi salam. Dan jauh di atas itu salam sejatinya sebuah kerinduan bahwa orang yang diucapkan salam berada dalam keadaan damai sejahtera. Dengan demikian salam sejatinya juga sebuah doa. Dan tentu saja doa memang bukan basa-basi.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/T.L. Lim