Selamat Pagi, Pak Bos!

Di kompleks saya dipasang portal pintar dengan kartu elektronik untuk membukanya. Sekejap palang portal kompleks berubah layaknya gardu tol otomatis, penjaga hanya mengawasi. Lalu interaksi pun berubah seiring dengan kebiasaan baru. Warga, termasuk saya, akan kerepotan mencari kartu pintar untuk ditempelkan pada alat yang tersedia, dan para satpam pun duduk di dalam gardu sempitnya dengan canggung.
Portal terbuka, interaksi warga dan satpam berubah seolah robot dan pengguna pintar yang kadang menjengkelkan, seperti saya yang kerap lupa menaruh kartu pintar. Jika ada yang lupa membawa kartu pintar, biasanya para satpam—yang sebelumnya membuka portal dengan wajah ramahnya sambil duduk di luar gardu—menekan tombol manual agar portal terbuka dengan canggung dan bingung. Pintu otomatis ini malah menghilangkan keramahan baik penghuni dan para satpam.
Saya memilih mengucapkan salam untuk memecahkan kebuntuan, setelah ada komplain dari salah seorang satpam kepada pengurus kompleks. Saya memilih menerikkan salam yang awalnya hanyalah candaan, sebelum saya menemukan dan menempelkan kartu pintar, ”Selamat pagi, Bos.”
Candaan saya adalah sapaan bagi siapa pun yang ada di gardu itu dengan sebutan bos, dibalas juga dengan jawaban yang sama, ”Selamat pagi, Pak Bos!” Kali lain, kami sering berlomba mengucapkan salam juga menekan tombol atau mengeluarkan kartu. Komunikasi kami—saya dan penjaga portal—pun lancar tanpa canggung, lebih sering kami menyempatkan beberapa detik untuk menyapa seperlunya.
Lain waktu saya bawakan kopi saset atau makanan ringan untuk mengusir kejenuhan. Sebutan bos bukan lagi jadi candaan yang saling menghina, lebih tepatnya jika direnungkan bahwa kitalah bos atau tuan bagi diri sendiri. Kita bisa memutuskan membangun komunikasi atau beralih jadi robot yang seolah punya akses penguasa karena kartu pintar yang bisa membuka portal.
Kini, setiap kali melewati portal, malah terjadi sapaan dan percakapan yang baik. Tidak lagi canggung dan bingung dengan fungsi kartu elektronik. Alih-alih memakai kartu pintar, saya lebih senang menggunakan password—sapaan yang membangun—untuk membuka portal, ”Selamat pagi, Bos, sehat selalu. Terima kasih.” Hari pun dimulai dengan berbagi ungkapan baik kepada para penjaga portal yang tak lagi mengeluh, tetapi menjadi ’pak bos’ yang dengan sukacita mengerjakan tugasnya.
”Apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apa lebihnya perbuatanmu? Bukankah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna” (Mat. 5:47-48).
Kris Hidayat | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Foto: mapio.net