Sikap Hamba Tuhan
Sabda-Mu Abadi | 27 Juli 2023 | 2Tim. 2:23-26
”Hindarilah persoalan-persoalan yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa persoalan-persoalan itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus pandai mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”
Lagi-lagi berkait penganut ajaran sesat, Paulus menasihati muridnya untuk menghindari perdebatan yang tak perlu, yang enggak jelas juntrungannya. Alasannya sederhana: debat kusir hanya akan memunculkan pertengkaran.
Dalam Perjanjian Baru Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”Seorang pelayan Tuhan tidak pantas bertengkar. Sebaliknya ia harus ramah terhadap semua orang, dan dapat mengajar dengan baik dan sabar. Bersikap lemah lembutlah terhadap orang-orang yang suka melawan.”
Ya, seorang pelayan Tuhan tak pantas bertengkar. Namun, itu bukan berarti kita tidak perlu menyatakan prinsip yang kita pegang. Prinsip mesti dikatakan, tetapi dengan lemah lembut. Tak perlu emosi, atau dengan nada tinggi, cukup dengan berkata, ”Saya memahami bahwa dirimu pasti punya alasan kuat berpendapat seperti itu. Dan itu saya hargai. Saya sendiri berpendapat begini….”
Ya, tak perlu kita mencela pendapatnya atau menganggap dirinya salah. Bagaimanapun itulah yang sedang dengan teguh ia pegang. Bagian kita hanyalah menyampaikan pendapat kita sendiri, tanpa perlu menilai atau mengkritik pendapatnya.
Jangan lupakan pula ekspresi mata kita! Berikan kesempatan kawan bicara kita untuk melihat bahwa dalam sorot mata kita tak ada ekspresi benci sedikit pun.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Dee
