Strategi Ibu Mertua untuk Menantu Perempuannya

Sabda-Mu Abadi | 20 Januari 2023 | Rut 3
Naomi selalu ingin yang terbaik bagi menantu perempuannya. Sejak awal—ketika meminta Rut dan Orpa pulang ke negerinya—Naomi ingin Rut dan Orpa memulai hidup baru, tentu dengan suami baru. Keinginan itu muncul kembali ketika Naomi melihat betapa baiknya Boas kepada Rut dan dirinya. Lagi pula, Boas adalah kerabat jauh suami Naomi, yang wajib menebus, bahkan boleh menikahi Rut.
Naomi tidak pernah berhenti pada keinginan. Agaknya dia merupakan pribadi yang senantiasa bertindak untuk mewujudkan keinginannya. Karena itu, disusunnyalah strategi untuk menarik perhatian Boas. Menarik pula dicermati bahwa Rut percaya dengan semua strategi ibu mertuanya, meski dia tahu itu bukan tanpa risiko.
Risiko terbesar adalah Boas merasa dijebak. Bisa jadi dia menganggap rendah perbuatan Rut itu. Dan karena merasa dijebak, dia mungkin akan melarang Rut untuk memungut bulir-bulir jelai di ladangnya. Itu berarti Rut akan kehilangan kesempatan mengumpulkan gandum lagi. Bayangan kelaparan sudah melintas di benak.
Namun demikian, Rut percaya akan strategi ibu mertuanya. Risiko tentu ada, tetapi strategi itu layak ditempuh. Sebab Rut sendiri merasa Boas adalah orang baik. Kepada Naomi, Rut berkata, ”Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan.”
Dan memang itulah yang dilakukan Rut. Menurut adat Yahudi, membuka selimut dan berbaring di dekat kaki seorang pria adalah lambang untuk minta perlindungan. Itu juga menjadi tanda bahwa Rut berharap Boas mau menikahi dirinya.
Ternyata Boas pun tak merasa dijebak. Ia juga tidak menganggap Rut sebagai perempuan murahan. Ia malah menghargai semua tindakan Rut terhadap mertuanya. Bahkan berikhtiar untuk memperjuangkan Rut menjadi istrinya.
Apa yang bisa kita pelajari? `Ketulusan adalah kuncinya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tulus hati dengan tetap mengandalkan Allah. Dan memang hanya dengan ketulusan hatilah kita boleh berani berharap akan berkat Allah.
Menarik disimak, Boas tak mau mengambil keuntungan dalam situasi seperti itu. Boas tetap menghargai Rut dan tidak mengganggunya. Bahkan, Boas merasa perlu berunding dengan orang yang lebih berhak menebus Rut. Dia tidak bersikap tujuan menghalalkan cara. Itu berarti niat yang baik pun harus dilakukan dengan cara yang baik. Ketika itu tidak dilakukan, ketulusan hati kita patut dipertanyakan.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Matdesign