Tak Seperti Ahli-ahli Taurat

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 25 Oktober 2024 | Mrk. 1:21-22

”Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Pada hari Sabat, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.”

Pendengaran merupakan prinsip utama kemuridan. Nah, para pengunjung rumah ibadah di Kapernaum pada waktu itu mendengarkan suara Yesus. Dari pendengaran itulah mereka bisa mengambil kesimpulan bahwa cara Yesus mengajar terasa berbeda. Ia mengajar dengan penuh kuasa.

Yesus Orang Nazaret tidak bertindak sebagai sumber kedua atau sumber ketiga, melainkan sumber pertama. Yesus adalah narasumber sejati. Jika ahli Taurat mengajarkan sesuatu yang dipelajari dan dipahami, Yesus tak perlu mempelajari bahan ajar karena Dialah ajaran itu sendiri. Yesus tidak mengajarkan Firman. Diri-Nyalah Firman.

Berbeda dengan ahli Taurat yang mengulang, menafsir, dan memberikan pendapat orang lain, Yesus berbicara atas nama-Nya sendiri. Dia sungguh Pribadi berwibawa.

Dalam dunia pendidikan, manusia normal pastilah senang diajar guru yang memiliki wibawa akademis. Di sini akreditasi menjadi sangat beralasan. Kita mungkin tak enak hati sendiri menyaksikan guru yang mencari-cari dan menegakkan wibawa di hadapan naradidik.

Sejatinya, wibawa intrinsik pada diri manusia. Guru memang perlu menguasai bahan ajar. Namun, wibawa tak melulu soal nalar. Wibawa tak cuma soal otak, tetapi juga sikap dan tingkah laku. Wibawa tak hanya kena-mengena dengan cara pikir, tetapi juga cara sikap dan tindak seseorang.

Bagi pengkhotbah, wibawa itu berasal dari apa yang dikhotbahkan. Yang penting bukan sejauh mana dia menguasai Firman, tetapi sejauh mana dia dikuasai Firman. Bukan seberapa fasih dia bicara, namun apakah Firman Allah itu menguasainya. Itulah dasar hidup pemberita Firman.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Foto: Unsplash/Hua Ling