Tutur Tinular

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 11 Juli 2023 | 2Tim.1:5

”Sebab, aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”

Kita, orang percaya abad ke-21, bisa memahami frasa ”iman yang tulus ikhlas itu” sebagai kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Kristus. Sungguh-sungguh itu artinya murni; tidak ada pamrih di dalamnya. Dengan kata lain, sikap dan tindakan percaya itu bukan untuk meraih sesuatu, tetapi karena sudah mendapatkan sesuatu terlebih dahulu. Dan itu bukan muncul begitu saja.

Paulus percaya pengaruh lingkungan dalam hal iman. Dan lingkungan terdekat—dalam hal ini keluarga—mempunyai pengaruh yang sangat besar. Mengapa? Karena setiap anggota keluarga saling mengenal satu sama lain. Tak ada yang tersembunyi. Semua serbagamblang. Sehingga setiap anggota keluarga tahu apakah iman seseorang itu selaras dengan perbuatannya atau tidak.

Berkenaan dengan keluarga Timotius, Paulus yakin bahwa iman itu bermula tumbuh dalam diri Nenek Timotius, kemudian ibunya, dan berlanjut kepada Timotius. Iman itu telah dituturtinularkan melalui tiga generasi. Dan itu hanya mungkin terjadi ketika si penutur iman memperlihatkan sikap dan tindakan yang selaras dengan imannya. Keteladanan menjadi harga mati. Sebab, sering kali tindakan itu memang lebih nyaring terdengar ketimbang kata-kata.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Jannis L.