Umat Milik-Nya Sendiri

Sabda-Mu Abadi | 27 Agustus 2023 | Tit. 2:11-14
”Sebab, sudah nyatalah anugerah Allah yang menyelamatkan semua manusia dan mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan seleh di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh berkat dan penampakan kemuliaan Allah Yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.”
Anugerah Allah—dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus—memungkinkan terciptanya sekelompok manusia baru, yang dikhususkan sebagai umat-Nya sendiri. Itu bukanlah sekumpulan manusia elite dengan hak istimewa tanpa tanggung jawab.
Hak istimewanya adalah Allah sendirilah yang mendidik mereka untuk hidup sesuai kehendak Allah. Dengan kata lain, umat Allah tak boleh hidup semaunya sendiri. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”Kita dididik supaya dapat menahan diri, tulus dan setia kepada Allah selama kita hidup di dunia ini.”
Menahan diri berarti tidak memuaskan diri sendiri atau mampu menguasai diri ketika keinginan diri mungkin akan merugikan orang lain. Tulus berarti murni dan tiada maksud tersembunyi. Dan setia kepada Allah berarti memfokuskan diri hanya kepada Allah saja. Allah yang menjadi standar hidup. Konkretnya: suka sekali melakukan pekerjaan yang baik. Artinya, manusia dilayani dan Allah dimuliakan.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Laela