Bangga

Sabda-Mu Abadi | 1 Mei 2023 | Rm. 15:17-19
”Jadi, dalam Kristus Yesus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah. Sebab, aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus melalui aku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, dengan perkataan dan perbuatan, dengan kuasa tanda-tanda ajaib dan mukjizat-mukjizat, oleh kuasa Roh Allah. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus.”
Paulus bangga dengan pekerjaannya. Namun, kebanggaan itu tidak berdasar pada dirinya sendiri. Tidak. Kebanggaan Paulus terletak dalam persekutuannya dengan Kristus Yesus.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Jadi, karena saya sudah bersatu dengan Kristus Yesus, maka saya boleh merasa bangga atas pekerjaan saya bagi Allah.” Karena telah menyatu dengan Yesus Orang Nazaret, Paulus boleh merasa bangga atas pekerjaannya.
Bangga karena dia dianggap layak menjadi rekan sekerja Yesus Kristus. Bangga karena telah menjadi alat Kristus menjadi pewarta bagi bangsa-bangsa lain. Tak sekadar mewartakan, namun menuntun bangsa-bangsa lain itu pada ketaatan. Bangga karena Roh Allah telah memampukan dia berkata-kata dan berbuat yang disertai keajaiban-keajaiban dan hal-hal luar biasa. Itulah yang menjadi kebanggaan Paulus.
Mirip dengan Paulus, semasa hidupnya, Bunda Teresa berkata, ”Saya adalah sebatang pensil kecil di tangan Allah yang sedang menulis dan mengirimkan surat cinta kepada dunia.” Jelas, tersirat nada bangga dalam kalimatnya, sekaligus pengakuan bahwa tanpa Sang Penulis, sebatang pensil memang tak punya arti.
Nah, pertanyaannya sekarang: Apakah yang menjadi kebanggaan kita?
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Josh Felis