Hendaklah Engkau Jauhi
Sabda-Mu Abadi | 4 September 2023 | Tit. 3:10-11
”Seorang yang menyebabkan perpecahan, apabila sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.”
Hendaklah engkau jauhi. Demikianlah nasihat Paulus kepada Titus berkait dengan pengajar sesat. Tentu setelah satu dua kali dinasihati. Alasannya sederhana: ajaran sesat menyebabkan perpecahan.
Pertanyaannya sekarang: Apakah sebuah ajaran bebas dari kritik? Jawabnya: tentu saja tidak. Namun, yang penting untuk dipikirkan adalah motivasi dari kritikan itu. Apakah untuk memuliakan diri sendiri—karena merasa lebih pintar atau lebih benar ketimbang orang lain? Jika ini yang menjadi alasannya, maka sejatinya kritikan tersebut hanya bermuara pada perpecahan. Sebab, yang dimuliakan semestinya memang Allah saja. Dan Allah pasti tidak menghendaki perpecahan.
Gereja perlu bersikap terbuka terhadap setiap kritik terhadap ajarannya. Kritikan tersebut bisa dipandang sebagai pertanyaan karena si penanya belum terlalu paham. Namun, ketika dia bersikukuh pada pendapatnya dan merasa benar sendiri, dan akhirnya mengajak orang lain untuk mendukungnya, gereja mesti bersikap dan bertindak tegas.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Orang yang menyebabkan perpecahan dalam jemaat, hendaklah engkau tegur satu dua kali; sesudah itu janganlah lagi bergaul dengan dia.” Kalimatnya terdengar keras. Namun, sebenarnya wajar mengingat keberadaan dia sedikit banyak akan meresahkan dan menyebabkan warga jemaat terpecah. Dan sebenarnya, bila semua orang menjauhi dia, pengaruh ajaran sesat dengan sendirinya akan lenyap dan perpecahan di jemaat akan berhenti.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.
Foto: Unsplash/Ethan Hoover