Kami adalah Saksi
Mendengarkan khotbah Petrus di Bait Allah—sebagaimana catatan Lukas dalam kisah Para Rasul—mungkin membuat kita heran. Sebab, Petrus mengalami transformasi.
Mendengarkan khotbah Petrus di Bait Allah—sebagaimana catatan Lukas dalam kisah Para Rasul—mungkin membuat kita heran. Sebab, Petrus mengalami transformasi.
Ketika Yesus dibaptis, ada suara yang berkata kepada-Nya, ”Engkaulah yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk. 1:11). Suara inilah yang harus kita dengar juga karena Yesus datang untuk memberi tahu kita bahwa kita sama dikasihi-Nya seperti Dia.
”Kami telah melihat Tuhan!” (Yoh. 20:25). Demikianlah kabar yang disampaikan para murid kepada Tomas. Mereka semua telah melihat Yesus yang bangkit. Kebangkitan itu bukan isapan Jempol.
”Sesungguhnya, inilah Allah kita. Kita menanti-nantikan Dia, dan Ia telah menyelamatkan kita. supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita atas pertolongan-Nya!” (Yes. 25:9).
Dalam hidup sehari-hari, kita dihadapkan pada pilihan ingin menjadi relevan atau memilih bertaut pada pengenalan akan cinta pertama Allah.
Marilah kita layangkan mata hati kita pada peristiwa di Kamis Putih itu! Apakah makna di balik peristiwa itu? Cara sederhana untuk melihat makna di balik peristiwa adalah melihat konteks peristiwa itu.
Banjir bisa dipakai Allah untuk membangunkan dan memenuhi kebutuhan yang paling dalam yang ada di hati orang, yaitu kebutuhan untuk dicintai tanpa batas dan untuk menjadi kreatif serta berbela rasa dalam mencintai orang lain.
Ketaatan adalah keniscayaan, khususnya dalam hubungan antarmanusia. Tanpa ketaatan yang ada hanyalah kekacauan semata.
Kangen. Mungkin perasaan itulah yang menguasai Yesus kala pergi ke Yerusalem. Bagi orang Israel, Yerusalem bukan sembarang kota. Yerusalem berbeda dengan kota-kota lain karena Bait Allah terletak di sana. Kalau kita perhatikan mazmur-mazmur, maka banyak sekali mazmur ziarah yang dinyanyikan orang Israel sewaktu mengunjungi Yerusalem.