Tidak Bercacat dan Tidak Bercela

Sabda-Mu Abadi | 6 Juli 2023 | 1Tim. 6:13-16
”Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuperingatkan kepadamu: Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, sampai penampakan Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan penuh berkat, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, yang tidak pernah dilihat dan tidak dapat dilihat oleh seorang pun. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.”
Paulus mengingatkan Timotius untuk menjalankan perintah sebelumnya dengan murni dan tanpa cela. Karena perintah Allah itu murni, perlu kemurnian hati manusia untuk melakukannya tanpa cela. Artinya, perintah itu sendiri tak perlu ditawar atau dikurangi bobotnya.
Sesungguhnya ini pulalah persoalan manusia, juga manusia kepunyaan Allah. Dosa cenderung membuat manusia menawar atau mengurangi kualitas perintah Allah. Pada titik ini situasi dan kondisi kadang dijadikan alasan. Frasa ”Allah pasti maklum” tak jarang dijadikan legitimasi. Sehingga, sepertinya Paulus merasa perlu menjadikan ungkapan ”di hadapan” Allah Bapa dan Anak sebagai dasar dari pelaksanaan perintah itu.
Bapa adalah sumber kehidupan. Ia pula yang akan memberikan kemampuan kepada umat-Nya untuk melaksanakan perintah-Nya. Dan pelaksanaan perintah bisa kita pahami sebagai kesaksian kepada dunia sebagaimana Kristus, yang telah memberikan kesaksian yang benar di hadapan penguasa Pontius Pilatus. Itu berarti semua hal baik yang kita lakukan sejatinya merupakan sarana kesaksian kristiani kita.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Doidam10