Mendengarkan Yesus
Kalau kita menyebut diri murid Yesus, mendengarkan-Nya bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Aneh rasanya menyebut diri murid Yesus, namun enggan mendengarkan-Nya!
Kalau kita menyebut diri murid Yesus, mendengarkan-Nya bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Aneh rasanya menyebut diri murid Yesus, namun enggan mendengarkan-Nya!
Guru memang perlu menguasai bahan ajar. Namun, wibawa tak melulu soal nalar. Wibawa tak cuma soal otak, tetapi juga sikap dan tingkah laku.
Orang yang mengikut Yesus memang harus meninggalkan segala sesuatunya: mata pencarian, keluarga, juga harta. Mereka menjadi senasib dengan Yesus.
Suara kenabian tetap berkumandang. Tidak berhenti seturut penahanan Yohanes Pembaptis. Si Tukang Kritik boleh ditahan, tetapi suaranya tetap membahana. Tindakan kenabian tetap berjalan.
”Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” Berbagai peristiwa yang pernah kita alami, sering kali dipakai oleh Tuhan untuk menguatkan sesama, maka bersiap sedialah.
Yesus, Anak Allah, adalah Pribadi yang taat. Ia tidak menggugu kehendak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan diri untuk dipimpin Roh Allah.
Frasa ”anak Allah” bukan tanpa makna. Jika kita berani menyatakan diri sebagai anak-anak Allah berarti kita harus bersikap dan bertindak sebagaimana Yohanes Pembaptis, juga Yesus Orang Nazaret, yang mengutamakan kehendak Allah dalam diri kita.
Yohanes Pembaptis hendak mengatakan bahwa yang dijalankannya ialah membaptis dengan air—menyadarkan manusia. Namun, Yesuslah yang berhak membaptis dengan Roh Kudus.
Kehadiran awan TUHAN yang menyelubungi Kemah Pertemuan menegaskan bahwa Allah berkenan atas semua pekerjaan Bezale’el dan Aholiab.
Tahun baru bisa dipahami pula sebagai momen pembaruan, tak hanya jasmani tetapi juga rohani.