Strategi Paulus
Dengan bahasa Ibrani yang digunakan, Paulus agaknya hendak memberikan kesan bahwa dia bukanlah orang luar. Ia sama dengan orang banyak itu.
Dengan bahasa Ibrani yang digunakan, Paulus agaknya hendak memberikan kesan bahwa dia bukanlah orang luar. Ia sama dengan orang banyak itu.
“Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?’ Sapaan itu pada akhirnya membuat kepala pasukan itu lebih mengenal Paulus. Dan bisa jadi kenyataan itulah yang membuat dia mengizinkan Paulus berbicara dengan orang banyak itu. Ya, semuanya dimulai dari sapaan Paulus.
Dalam kerusuhan di Yerusalem Allah menggerakkan kepala pasukan untuk bertindak seturut dengan tugasnya. Bisa saja orang beranggapan bahwa dia sekadar menjalankan kewajibannya, namun kita juga tahu tak sedikit orang yang tidak mau menjalankan kewajibannya.
Mereka hanya berpikir bahwa Paulus adalah musuh agama dan bangsa Yahudi; dan tindakannya membawa Trofimus tak bisa dimaafkan. Itu membuat najis Bait Allah.
Mendengar kisah Paulus, semua yang hadir di pertemuan itu memuliakan Allah. Setelah itu mereka mengusulkan kepada Paulus untuk melakukan upacara penyucian diri.
Bagi Paulus, mati karena Tuhan bukanlah persoalan. Ia memang telah menyediakan dirinya untuk itu dan menganggapnya sebagai kehendak Tuhan.
Filipuslah perintis pemberitaan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Pengalaman Filipus itu kemungkinan besar menguatkan, sekaligus menegaskan, pentingnya pelayanan Paulus.
Kita perlu mampu membedakan antara kehendak Allah dan kehendak diri sendiri. Ketika Allah tidak menyatakan kehendak-Nya secara jelas, janganlah kita mengklaim kehendak kita sebagai kehendak Allah.
Doa mengikatkan mereka satu sama lain. Sebab dengan berdoa, mereka menjadikan Allah sebagai Pengikat persekutuan. Dan doa macam beginilah yang menjadi pondasi teguh persekutuan Kristen.
Salah satu panggilan dari bekerja adalah mampu memberi. Dan itulah perkataan Tuhan Yesus semasa hidup yang tidak tercatat dalam keempat Injil yang kita miliki sekarang ini.