Memuliakan Kristus
Pada Minggu Transfigurasi ini marilah kita sungguh-sungguh bertanya, ”Apakah kita telah memuliakan Allah?”
Pada Minggu Transfigurasi ini marilah kita sungguh-sungguh bertanya, ”Apakah kita telah memuliakan Allah?”
Yesus Orang Nazaret memang tidak sedang piknik. Ia memberitakan Kerajaan Allah baik dengan kata maupun karya. Dengan kata lain, Yesus Orang Nazaret adalah Pribadi yang Sibuk. Tetapi, tentu saja tidak sibuk dengan urusan-Nya sendiri, tetapi sibuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Seorang murid harus siap belajar. Seorang murid harus siap menerima segala. Keterbukaan merupakan prinsip utama seorang murid.
Kemunculan Yesus tidaklah tiba-tiba. Ia hadir dalam situasi dan kondisi tertentu. Ada latar belakangnya, yakni ditangkapnya Yohanes Pembaptis. Kata ”sesudah” yang dipakai Markus menyiratkan bahwa Yesus melanjutkan pekerjaan anak Zakharia itu.
”Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering” (1Sam. 3:1). Demikianlah konteks pemanggilan Samuel. Hubungan antara umat Israel dan Allah semestiya dekat. Namun, yang terjadi jarang sekali komunikasi terjadi antara Allah dan umat-Nya.
Kita perlu berbagi cerita. Namun, jangan hanya berfokus pada diri sendiri. Ceritakanlah Tuhan yang telah berkarya dalam diri kita. Kadang berbagi cerita pun bisa tanpa kata. Ketika orang merasakan sukacita kita dan akhirnya turut bersukacita, itu sudah lebih dari cukup.
Gelar anak Allah ini bukan tanpa konsekuensi. Anak memperlihatkan ciri-ciri orang tuanya. Ada pepatah: buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Nah, kalau kita tidak memperlihatkan ciri-ciri Orang Tua Ilahi kita? Lalu kita anak siapa?
Kesempatan masih ada. Kita masih beberapa jam untuk hidup sebagai hamba Allah dan mengarahkan orang untuk hidup juga sebagai hamba Allah, khususnya generasi muda kita. Menjadi tua itu anugerah. Dan panggilan generasi tua adalah mengarahkan generasi muda untuk menjadi hamba Allah.
Allah berkenan turun menjadi manusia agar manusia merasakan persekutuan dengan-Nya dan mengenal penciptanya.
Allah adalah Pribadi yang menghargai pribadi lainnya. Meski Dia Mahakuasa, itu berarti semua ciptaan harus takluk kepada-Nya, pada narasi Lukas kita menyaksikan bagaimana Allah merasa perlu menyuruh Gabriel untuk meminta izin Maria.